Amerika Serikat (AS) menyebut perkembangan cepat kekuatan nuklir China telah mencapai titik yang mengkhawatirkan. Otoritas AS menyerukan kepada China untuk mengambil 'langkah-langkah praktis demi mengurangi risiko kompetisi senjata yang mendestabilisasi'.
Seperti dilansir Reuters, Jumat (2/7/2021), Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Ned Price, menyatakan bahwa perkembangan yang cepat mempersulit China untuk menyembunyikan pasokannya dan diduga ada penyimpangan dari strategi nuklir puluhan tahun yang didasarkan pada pencegahan minimal.
Komentar itu disampaikan Price menanggapi pertanyaan soal laporan media The Washington Post bahwa China mulai membangun lebih dari 100 silo rudal yang baru di area gurun di bagian barat negara tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Laporan-laporan ini dan perkembangan lainnya menunjukkan bahwa persenjataan nuklir PRC (Republik Rakyat China) akan bertumbuh lebih cepat, dan ke tingkat lebih tinggi dari yang diantisipasi sebelumnya," ucap Price dalam press briefing pada Kamis (1/7) waktu setempat.
"Perkembangan ini mengkhawatirkan. Itu memicu pertanyaan soal niat PRC. Dan bagi kami, itu memperkuat pentingnya mengupayakan langkah-langkah praktis untuk mengurangi risiko nuklir," imbuhnya.
"Kami mendorong Beijing untuk terlibat bersama kami dalam langkah-langkah praktis untuk mengurangi risiko kompetisi senjata yang mendestabilisasi -- berpotensi mendestabilisasi ketegangan," cetus Price.
Price menambahkan bahwa inilah mengapa Presiden Joe Biden memprioritaskan stabilitas strategis dalam keterlibatan dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin. "Alasan yang sama juga akan berlaku bagi keterlibatan dengan kekuatan nuklir lainnya, PRC," ujarnya.
The Washington Post dalam laporannya menyebut ada 119 lokasi konstruksi nyaris identik yang memiliki fitur-fitur mirip seperti fasilitas peluncuran untuk rudal balistik bermuatan nuklir milik China yang sudah ada. Laporan itu mengutip citra satelit komersial dan analisis James Martin Center for Nonproliferation Studies di Monterey, California.
Dalam laporan tahun 2020 kepada Kongres, Pentagon memperkirakan pasokan hulu ledak nuklir milik China mencapai '200-an' dan memproyeksikan jumlahkan akan berlipat ganda saat China memperluas dan memodernisasinya.
Para analis menyebut AS sendiri memiliki sekitar 3.800 hulu ledak, dan menurut factsheet Departemen Luar Negeri AS, sudah 1.357 hulu ledak yang telah dikerahkan hingga 1 Maret.
AS berulang kali menyerukan kepada China untuk bergabung dengannya dan Rusia dalam perjanjian pengendalian senjata baru. Duta Besar perlucutan senjata AS menyatakan pada Mei lalu bahwa China menolak meskipun ada perkembangan 'dramatis' dalam persenjataannya.
China menegaskan bahwa persenjataannya tergolong kerdil jika dibandingkan AS dan Rusia, namun menyatakan siap melakukan dialog bilateral soal keamanan strategis 'atas dasar kesetaraan dan saling menghormati'.
Pakar non-proliferasi mengatakan pada tahun ini bahwa dorongan China untuk mengembangkan bahan bakar untuk generasi baru reaktor kekuatan nuklir, yang akan memproduksi sejumlah besar material yang bisa dialihkan untuk membuat senjata nuklir.