Pemungutan Suara Ditutup, Banyak Pemilih Boikot Pilpres Iran

Pemungutan Suara Ditutup, Banyak Pemilih Boikot Pilpres Iran

Novi Christiastuti - detikNews
Sabtu, 19 Jun 2021 11:06 WIB
A voter casts his ballot for the presidential election at a polling station in Tehran, Iran, Friday, June 18, 2021. Iranians voted Friday in a presidential election that a hard-line protege of Supreme Leader Ayatollah Ali Khamenei seemed likely to win, leading to low turnout fueled by apathy and calls for a boycott. (AP Photo/Ebrahim Noroozi)
Warga Iran menggunakan hak pilih dalam pilpres (AP Photo/Ebrahim Noroozi)
Teheran -

Proses pemungutan suara dalam pilpres Iran telah selesai dilakukan. Muncul laporan bahwa pelaksanaan pilpres tahun ini diwarnai oleh aksi boikot dari banyak pemilih di Iran yang kecewa dengan para kandidat.

Seperti dilaporkan Associated Press dan dilansir Arab News, Sabtu (19/6/2021), televisi nasional Iran menunjukkan aliran warga menggunakan hak pilih mereka dalam pilpres pada Jumat (18/6) waktu setempat. Namun pemandangan berbeda terlihat di jalanan ibu kota Teheran, di mana kebanyakan tempat pemungutan suara sepi dari pemilih.

Atmosfer pemungutan suara di Iran tampak lesu di tengah meningkatnya kemarahan dan sikap apatis terhadap pilpres yang dianggap menguntungkan salah satu kandidat, yakni Ebrahim Raisi, yang diperkirakan akan menang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tidak ada gunanya," ucap Ali Hosseini (35), seorang warga Teheran yang kini pengangguran, saat ditanya soal pilpres.

"Siapapun yang menang pemilu setelah beberapa saat mengatakan dia tidak bisa menyelesaikan masalah ekonomi karena campur tangan orang-orang berpengaruh. Dia kemudian melupakan janji-janjinya dan kami orang misi sekali lagi merasa kecewa," imbuhnya.

ADVERTISEMENT

Berdasarkan pantau saksi mata, di sebanyak 16 tempat pemungutan suara, antrean pemilih dinilai cukup 'pendek' yakni tidak lebih dari delapan pemilih pada sekali waktu yang menggunakan hak pilihnya.

Beberapa tempat pemungutan suara lainnya tampak hampir kosong sepanjang hari pemungutan suara. Para petugas di tempat pemungutan suara yang tampak lesu berusaha mendengar radio, memeriksa telepon genggam atau saling mengobrol.

Juru bicara Dewan Nasional Perlawanan Iran (NCRI), sebuah kempok oposisi berbasis Eropa, menyatakan bahwa menurut laporan di lapangan, berdasarkan foto-foto dan video dari tempat pemungutan suara di 220 kota di 31 provinsi, pemilu 'palsu' diwarnai dengan aksi boikot secara luas.

Simak video 'Iran Gelar Pilpres, Memilih Satu Dari Empat Calon Presiden':

[Gambas:Video 20detik]



Laporan dari berbagai tempat pemungutan suara di wilayah Teheran, seperti Masjid Qamar Bani Hashem, Armaghan Alam dan di distrik kedua Teheran yang terdiri atas 64 tempat pemungutan suara, menunjukkan partisipasi yang sangat kurang.

"Tidak ada kandidat yang dapat dipercaya," ucap Nasrin (31), salah satu warga Teheran yang berprofesi sebagai akuntan.

Diketahui bahwa Dewan Wali, sebuah badan pemeriksa konstitusional yang beranggotakan 12 orang di bawah pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, melarang ratusan kandidat termasuk kalangan reformis dan mereka yang sealiran dengan Presiden Hassan Rouhani untuk mencalonkan diri dalam pilpres ini.

Hanya ada empat kandidat dalam pilpres tahun ini, yakni Abdolnasser Hemmati, Mohsen Rezaei, Amir Hossein Ghazizadeh Hashemi dan Ebraim Raisi. Dari empat nama itu, Raisi yang kini memimpin otoritas kehakiman Iran muncul sebagai kandidat yang diprediksi akan menang.

Seorang warga Teheran lainnya dari kelas menangah, Rojin Ahmadi (23), mengakui dirinya tidak menggunakan hak pilihnya dalam pilpres tahun ini.

"Tidak ada dari mereka yang berani menawarkan rencana untuk menunjukkan bahwa mereka akan membawa negara ini menjadi normal," ucapnya.

Mantan Presiden Iran, Mahmoud Ahmadinejad, juga ikut memboikot pilpres ini. Dia berulang kali menyerukan agar warga tetap di rumah dan tidak menggunakan hak pilihnya. Ahmadinejad diketahui sebelumnya diblokir untuk mencalonkan diri dalam pilpres tahun ini.

Dia memperingatkan bahwa proses yang sangat dibatasi akan menghasilkan pemerintahan tanpa legitimasi domestik atau internasional.

"Saya tidak akan memilih. Dan alasan utamanya adalah saya menyaksikan sebagian besar orang dikesampingkan," ucapnya kepada The Daily Telegraph.

"Pemerintah yang lemah akan berkuasa. Dan pemerintah lemah akan memperlemah situasi di Iran. Itu akan memperlemah situasi domestik dan akan memperlemah hubungan kita dengan dunia. Itu akan mengubah hubungan kita dengan seluruh dunia melawan Iran," imbuh Ahmadinejad.

Sementara itu, seperti dilansir AFP, proses pemungutan suara ditutup pada Sabtu (19/6) dini hari, sekitar pukul 02.00 waktu setempat, setelah dilakukan perpanjangan waktu selama dua jam akibat adanya seruan demikian dari tim kampanye para kandidat dan media.

Hasilnya akan bisa diketahui pada Sabtu (19/6) siang waktu setempat. Jika tidak ada pemenang yang jelas, maka putaran kedua akan digelar pada 25 Juni mendatang.

Halaman 2 dari 2
(nvc/idh)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads