Picu Kontroversi, Menteri Arab Saudi Bela Pembatasan Pengeras Suara Masjid

Picu Kontroversi, Menteri Arab Saudi Bela Pembatasan Pengeras Suara Masjid

Tim Detikcom - detikNews
Selasa, 01 Jun 2021 11:20 WIB
The sun shines behind the Omar Mosque in Berlins Kreuzberg district just hours before the start of the Muslim holy fasting month of Ramadan on April 23, 2020. (Photo by David GANNON / AFP)
ilustrasi (Foto: AFP/DAVID GANNON)
Jakarta -

Keputusan pemerintah Arab Saudi untuk membatasi penggunaan pengeras suara masjid memicu kontroversi. Namun, Menteri Urusan Islam Arab Saudi Abdullatif al-Sheikh membela keputusan tersebut.

Seperti dilansir kantor berita AFP, Selasa (1/6/2021), dikatakannya, perintah membatasi volume pengeras suara masjid dipicu oleh keluhan di kerajaan itu tentang kebisingan yang berlebihan.

Dalam kebijakan utama yang diumumkan pekan lalu di Saudi, Kementerian Urusan Islam mengatakan pengeras suara masjid harus diatur tidak lebih dari sepertiga volume maksimumnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perintah tersebut, yang juga membatasi penggunaan pengeras suara hanya untuk mengumandangkan azan dan iqomah, memicu reaksi di media sosial.

ADVERTISEMENT

Menteri Urusan Islam Abdullatif al-Sheikh mengatakan perintah itu sebagai tanggapan atas keluhan warga bahwa volume keras menyebabkan gangguan pada anak-anak serta orang tua.

"Mereka yang ingin salat tidak perlu menunggu ... azan imam," kata Sheikh dalam sebuah video yang diterbitkan oleh televisi pemerintah.

"Mereka harus berada di masjid lebih dulu," imbuhnya.

Sheikh mengatakan, beberapa saluran televisi juga menyiarkan doa dan pembacaan Alquran, dan dia pun menyarankan pengeras suara masjid untuk tujuan yang terbatas.

Di negara yang memiliki puluhan ribu masjid itu, banyak yang menyambut baik langkah untuk mengurangi tingkat desibel tersebut.

Simak juga video 'Aturan Penggunaan Pengeras Suara Masjid di Sejumlah Negara':

[Gambas:Video 20detik]



Namun, keputusan itu juga menimbulkan kebencian di media sosial, dengan tagar yang menyerukan pelarangan musik keras di restoran dan kafe, banyak mendapat dukungan.

Sheikh mengatakan kritik terhadap kebijakan itu disebarkan oleh "musuh kerajaan" yang "ingin membentuk opini publik".

Kebijakan tersebut mengikuti gerakan liberalisasi besar-besaran dari penguasa de facto, Putra Mahkota Mohammed bin Salman, yang telah mendorong era keterbukaan baru.

Pangeran muda itu telah melonggarkan sejumlah pembatasan sosial di kerajaan ultra-konservatif itu, mencabut larangan bioskop dan pengemudi wanita selama puluhan tahun serta mengizinkan konser musik campuran gender.

Pangeran Mohammed telah menjanjikan Arab Saudi yang "moderat" ketika ia mencoba untuk mematahkan citra kerasnya, sementara secara bersamaan menindak keras perbedaan pendapat.

Selama tiga tahun terakhir, kerajaan telah menangkap puluhan aktivis perempuan, ulama, jurnalis, serta anggota keluarga kerajaan.

Halaman 2 dari 2
(ita/ita)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads