Hasil kajian pemerintah Amerika Serikat (AS) mengonfirmasi efikasi tinggi dari suntikan vaksin virus Corona (COVID-19). Disebutkan kajian tersebut bahwa hanya sekitar 0,01 persen orang yang terinfeksi Corona antara Januari-April setelah divaksinasi secara penuh.
Seperti dilansir AFP dan The Star, Senin (31/5/2021), laporan yang dirilis Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS atau CDC itu mencatat apa yang disebut kasus-kasus 'terobosan' di antara 101 juta orang yang telah disuntik vaksin Corona sepenuhnya di AS.
"Meskipun vaksin-vaksin yang disetujui FDA (regulator obat-obatan AS) sangat efektif, kasus-kasus terobosan telah diperkirakan, khususnya sebelum kekebalan populasi mencapai level yang cukup untuk lebih lanjut menurunkan penularan," demikian bunyi laporan CDC itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kajian itu dilakukan dalam periode 1 Januari hingga 30 April lalu.
Dalam kajian itu, total 10.262 kasus penularan Corona tercatat dalam 14 hari atau lebih setelah dosis vaksin terakhir disuntikkan. Kajian itu berlaku untuk vaksin Corona yang disetujui Otoritas Makanan dan Obat-obatan AS (FDA) seperti vaksin Pfizer-BioNTech, vaksin Moderna dan vaksin Johnson & Johnson.
Dari kasus-kasus tersebut, sebanyak 6.446 kasus (63 persen) terdeteksi pada jenis kelamin perempuan dan usia rata-rata pasien adalah 58 tahun.
Di antara jumlah total kasus terobosan itu, sebanyak 2.725 kasus (27 persen) merupakan kasus Corona tanpa gejala atau asymptomatic, kemudian sebanyak 706 kasus (7 persen) di antaranya dirawat di rumah sakit dan sekitar 132 orang (1 persen) meninggal karena alasan terkait COVID-19.
Dengan kata lain, angka penularan kasus terobosan ini disebutkan mencapai sekitar 0,01 persen, dengan kasus rawat inap mencapai sekitar 0,0007 persen dan kematian mencapai 0,0001 persen.
Simak juga video 'Joe Biden Desak Intel AS Selidiki Asal Corona':
Lebih lanjut, kajian itu menunjukkan bahwa pengurutan genom tersedia untuk 5 persen dari seluruh penularan dan menunjukkan bahwa 64 persen kasus datang dari varian Corona yang menjadi kekhawatiran. Paling signifikan adalah varian B.1.1.7 yang pertama terdeteksi di Inggris.
Kajian ini dilakukan selama periode ketika virus SARS-CoV-2 melonjak di AS, dengan rata-rata 355.000 kasus tercatat dalam sepekan terakhir bulan April tahun ini.
"Jumlah kasus COVID-19, angka rawat inap dan kematian yang akan dicegah di antara orang-orang telah divaksinasi akan jauh melebihi jumlah kasus terobosan vaksin," demikian disebutkan hasil kajian CDC.
CDC AS menekankan bahwa jumlah kasus terobosan vaksin yang sebenarnya kemungkinan besar lebih tinggi karena sebagian besar akan memicu kasus tanpa gejala atau kasus ringan yang tidak akan dites. Data untuk varian-varian Corona juga terbatas karena kurangnya sistem pemantauan yang luas.
Mulai 1 Mei, CDC AS menggeser pemantauannya dari seluruh data kasus terobosan menjadi hanya kasus parah dan kasus yang berujung kematian. Namun beberapa ilmuwan menyatakan pemantauan itu akan melewatkan data-data berharga dan mengkritik keputusan CDC.
Sejauh ini, sekitar 164 juta orang -- separuh populasi total AS -- telah mendapatkan sedikitnya satu suntikan dosis vaksin Corona. Sementara 39 persen telah menerima vaksin Corona sepenuhnya.