Klaim India Bila Mayat di Tepi Sungai Gangga Tak Terkait Corona

Round-Up

Klaim India Bila Mayat di Tepi Sungai Gangga Tak Terkait Corona

Tim detikcom - detikNews
Senin, 17 Mei 2021 20:03 WIB
Bodies of suspected Covid-19 victims are seen in shallow graves buried in the sand near a cremation ground on the banks of Ganges River in Prayagraj, India, Saturday, May 15, 2021. (AP Photo/Rajesh Kumar Singh)
Foto: Mayat di Sungai Gangga disebut tak terkait Corona (AP/Rajesh Kumar Singh)
New Delhi -

Otoritas India mengklaim puluhan mayat yang terapung di Sungai Gangga tak terkait dengan korban virus Corona. Mayat-mayat ini awalnya diduga sengaja dibuang ke sungai karena krematorium kewalahan di tengah lonjakan kematian Corona.

Seperti dilansir AFP, Selasa (11/5/2021), gelombang kedua Corona yang diwarnai lonjakan kasus dan kematian telah menyebar dengan cepat ke pedesaan terpencil India. Situasi ini membuat sistem layanan kesehatan kewalahan, demikian halnya dengan krematorium dan tempat pemakaman.

Seorang pejabat setempat, Ashok Kumar, menuturkan bahwa sekitar 40 mayat ditemukan terdampar di tepi Sungai Gangga yang ada di distrik Buxar, antara Bihar dan Uttar Pradesh -- dua wilayah termiskin di India.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami telah mengarahkan pejabat terkait untuk mengurusi seluruh mayat itu, baik menguburkan atau mengkremasinya," tutur Kumar kepada AFP.

Laporan sejumlah media lokal menyebut jumlah mayat yang terdampar di tepi sungai mencapai hingga 100 mayat.

ADVERTISEMENT

Laporan yang mengutip sejumlah pejabat lokal lainnya itu menyebut beberapa mayat mengalami pembengkakan dan terbakar sebagian, serta kemungkinan sudah beberapa hari hanyut di sungai.

Dituturkan sejumlah warga setempat kepada AFP bahwa mereka meyakini mayat-mayat itu dibuang ke sungai karena pusat-pusat kremasi kewalahan melakukan pembakaran jenazah di tengah lonjakan kematian Corona atau karena keluarganya tidak mampu membeli pasokan kayu untuk proses kremasi.

"Itu sungguh mengejutkan bagi kami," ucap salah satu warga setempat, Kameshwar Pandey, kepada AFP.

Tak Terkait Corona

Kepolisian India tengah menyelidiki temuan banyak mayat yang dikuburkan secara dangkal di area pasir tepi Sungai Gangga maupun yang ditemukan hanyut di sungai suci tersebut. Spekulasi yang bermunculan di media sosial setempat menyebut mayat-mayat itu korban virus Corona (COVID-19).

Seperti dilansir Associated Press, Senin (17/5/2021), dengan menumpang mobil jeep dan perahu, polisi India menggunakan pengeras suara portabel dengan mikrofon untuk meminta warga, khususnya di pedesaan utara India, untuk tidak membuang mayat ke sungai.

"Kami ada di sini untuk membantu Anda melakukan ritual terakhir," demikian seruan polisi setempat.

Pada Jumat (14/5) lalu, hujan deras yang mengguyur mengungkapkan kain penutup mayat-mayat yang dikubur di area pasir tepi sungai secara dangkal. Mayat-mayat itu tersebar di area pasir yang luas di tepi Sungai Gangga di wilayah Prayagraj, Uttar Pradesh.

Dalam penegasan pada Minggu (16/5) waktu setempat, juru bicara pemerintah Uttar Pradesh, Navneet Sehgal, membantah laporan media-media lokal yang menyebut lebih dari 1.000 mayat korban Corona ditemukan terdampar di sungai dalam dua pekan terakhir.

"Saya yakin mayat-mayat ini tidak ada hubungannya dengan COVID-19," tegas Sehgal dalam pernyataannya.

Dia menyebut bahwa sejumlah warga desa setempat tidak mengkremasi mayat-mayat tersebut, sesuai adat, karena tradisi Hindu selama beberapa periode penting secara keagamaan dan membuang mayat-mayat itu ke sungai atau menggali kubur dangkal di tepi sungai.

Secara terpisah, seorang pejabat kepolisian senior setempat, KP Singh, menyatakan bahwa otoritas setempat mengalokasikan tempat kremasi bagi para korban COVID-19 di tepi Sungai Gangga di Prayagraj dan polisi tidak lagi mengizinkan praktik penguburan di tepi sungai.

Sehgal menyatakan bahwa otoritas setempat menemukan 'sejumlah kecil' mayat di tepi sungai, tanpa menyebut jumlah pastinya.

Salah satu anggota Bondhu Mahal Samiti, organisasi filantropi yang membantu kremasi mayat, Ramesh Kumat Singh menyebut bahwa angka kematian sangat tinggi di area pedesaan dan warga miskin memilih membuang mayat ke sungai karena mahalnya biaya ritual terakhir dan kurangnya pasokan kayu. Biaya kremasi di India saat ini diketahui melonjak tiga kali lipat hingga 15.000 Rupee (Rp 2,9 juta).

Halaman 2 dari 2
(rdp/rdp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads