New Delhi -
Kepolisian India tengah menyelidiki temuan banyak mayat yang dikuburkan secara dangkal di area pasir tepi Sungai Gangga maupun yang ditemukan hanyut di sungai suci tersebut. Spekulasi yang bermunculan di media sosial setempat menyebut mayat-mayat itu korban virus Corona (COVID-19).
Seperti dilansir Associated Press, Senin (17/5/2021), dengan menumpang mobil jeep dan perahu, polisi India menggunakan pengeras suara portabel dengan mikrofon untuk meminta warga, khususnya di pedesaan utara India, untuk tidak membuang mayat ke sungai.
"Kami ada di sini untuk membantu Anda melakukan ritual terakhir," demikian seruan polisi setempat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada Jumat (14/5) lalu, hujan deras yang mengguyur mengungkapkan kain penutup mayat-mayat yang dikubur di area pasir tepi sungai secara dangkal. Mayat-mayat itu tersebar di area pasir yang luas di tepi Sungai Gangga di wilayah Prayagraj, Uttar Pradesh.
Dalam penegasan pada Minggu (16/5) waktu setempat, juru bicara pemerintah Uttar Pradesh, Navneet Sehgal, membantah laporan media-media lokal yang menyebut lebih dari 1.000 mayat korban Corona ditemukan terdampar di sungai dalam dua pekan terakhir.
"Saya yakin mayat-mayat ini tidak ada hubungannya dengan COVID-19," tegas Sehgal dalam pernyataannya.
Dia menyebut bahwa sejumlah warga desa setempat tidak mengkremasi mayat-mayat tersebut, sesuai adat, karena tradisi Hindu selama beberapa periode penting secara keagamaan dan membuang mayat-mayat itu ke sungai atau menggali kubur dangkal di tepi sungai.
Secara terpisah, seorang pejabat kepolisian senior setempat, KP Singh, menyatakan bahwa otoritas setempat mengalokasikan tempat kremasi bagi para korban COVID-19 di tepi Sungai Gangga di Prayagraj dan polisi tidak lagi mengizinkan praktik penguburan di tepi sungai.
Sehgal menyatakan bahwa otoritas setempat menemukan 'sejumlah kecil' mayat di tepi sungai, tanpa menyebut jumlah pastinya.
Salah satu anggota Bondhu Mahal Samiti, organisasi filantropi yang membantu kremasi mayat, Ramesh Kumat Singh menyebut bahwa angka kematian sangat tinggi di area pedesaan dan warga miskin memilih membuang mayat ke sungai karena mahalnya biaya ritual terakhir dan kurangnya pasokan kayu. Biaya kremasi di India saat ini diketahui melonjak tiga kali lipat hingga 15.000 Rupee (Rp 2,9 juta).
Pekan lalu, otoritas kesehatan setempat melaporkan telah menemukan 71 mayat yang terdampar di tepi Sungai Gangga di wilayah Bihar. Otoritas setempat melakukan autopsi post-mortem namun tidak bisa memastikan penyebab kematian mayat-mayat itu karena telah terjadi pembusukan.
Puluhan mayat juga ditemukan terkubur di pasir di dua lokasi tepi sungai di distrik Unnao, 40 kilometer sebelah barat daya Lucknow, Uttar Pradesh, pekan lalu. Hakim setempat, Ravindra Kumar, menyatakan penyelidikan masih berlangsung untuk mencari tahu penyebab kematian.
Temuan mayat ini terjadi saat India menghadapi lonjakan kasus dan kematian akibat Corona beberapa waktu terakhir. Namun seorang pakar kesehatan pemerintah, Dr VK Paul, menuturkan bahwa setelah mencetak rekor tertinggi selama beberapa pekan, jumlah kasus baru Corona di India mulai stabil.
Pada Minggu (16/5) waktu setempat, Kementerian Kesehatan India melaporkan 311.170 kasus Corona dalam sehari -- menurun dari angka 326.098 kasus pada Sabtu (15/5) waktu setempat. Untuk jumlah kematian, India melaporkan 4.077 kematian akibat Corona dalam sehari -- kini totalnya menjadi 270.284 kematian.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini