Militer Mesir mengkonfirmasi telah memesan 30 jet tempur Rafale dari perusahaan pertahanan Prancis, Dassault Aviation untuk menopang "keamanan nasional".
Seperti dilansir kantor berita AFP, Selasa (4/5/2021), militer Mesir menyatakan dalam sebuah pernyataan pada Senin (3/5) waktu setempat, pesanan tersebut, yang dilakukan menyusul pembelian 24 jet Rafale pada 2015, akan dibiayai melalui pinjaman selama 10 tahun.
Situs investigasi Disclose telah melaporkan pada Senin (3/5) pagi, bahwa pesanan itu adalah bagian dari kesepakatan pertahanan besar rahasia senilai hampir empat miliar euro (US$ 4,8 miliar).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm, Mesir adalah importir senjata terbesar ketiga di dunia setelah Arab Saudi dan India.
Pembelian senjatanya tumbuh 136 persen selama dekade terakhir dan telah mendiversifikasi sumbernya di luar Amerika Serikat, membeli peralatan militer dari Prancis, Jerman dan Rusia, kata lembaga itu dalam sebuah laporan yang dirilis awal tahun ini.
Mesir telah memposisikan dirinya sebagai benteng stabilitas di kawasan itu ketika konflik di tetangganya di barat Libya terus berlanjut.
Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi dan mitranya dari Prancis, Emmanuel Macron menikmati hubungan dekat yang dibangun di atas kepentingan keamanan bersama.
Sebelumnya, pada konferensi pers bersama dengan Sisi di Paris, Prancis pada bulan Desember 2020, Macron mengatakan: "Saya tidak akan mengkondisikan masalah pertahanan dan kerja sama ekonomi pada perselisihan ini (mengenai hak asasi manusia)."
(ita/ita)