Mantan Wakil Presiden Teknologi Informasi Netflix, Michael Kail, didakwa atas 28 kasus suap dan pencucian uang saat masih menjabat di perusahaan berbasis layanan video streaming tersebut.
Seperti dilansir Business Insider, Minggu (2/5/2021), menurut bukti yang dirilis Departemen Kehakiman Amerika Serikat, Kail, yang didakwa pada tahun 2018, menggunakan posisinya untuk menerima suap dari sejumlah perusahaan teknologi yang ingin berbisnis dengan Netflix.
Diketahui Kail menerima suap dari sembilan perusahaan berbeda dengan total dana lebih dari $500.000 (Rp 7,2 miliar).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengadilan juga memerintahkan Kail menyerahkan rumah yang dia beli dari dana suap di Los Gatos, California melalui skema ilegal.
"Penyuapan merusak persaingan yang adil antar bisnis apa pun, terlebih di lingkungan Silicon Valley yang sangat kompetitif," demikian disampaikan jaksa AS, Stephanie Hinds, dalam siaran persnya.
"Sebagai Wakil Presiden Operasi TI Netflix, Michael Kail memiliki kewenangan besar untuk menyetujui kontrak Netflix dengan banyak vendor teknologi, dan dia mencurangi proses itu dengan menerima suap untuk dirinya sendiri. Netflix dan perusahaan lain pantas mendapatkan layanan yang jujur dari para karyawannya," imbuhnya.
Gugatan Netflix terhadap Kail dilakukan pada 2014 usai dirinya keluar dan menjabat sebagai CIO Yahoo. Dalam gugatan itu, Kail dituduh melakukan penipuan dan melanggar kewajiban fidusia.
Kail terancam menghadapi hukuman maksimum hingga 20 tahun penjara dan denda $250.000 (Rp 3,6 miliar) untuk setiap kasus suap dan hukuman maksimum 10 tahun penjara dan denda serupa untuk setiap kasus pencucian uang.