Seorang narapidana (napi) kasus pembunuhan di Nevada, Amerika Serikat (AS), menggugat eksekusi mati yang akan dilakukan terhadapnya pada Juni mendatang. Napi ini juga menyatakan tidak ingin disuntik mati dan menyerukan otoritas negara bagian Nevada untuk mempertimbangkan regu tembak sebagai opsi -- metode langka di AS.
Seperti dilansir Associated Press, Selasa (20/4/2021), pengacara untuk napi bernama Zane Michael Floyd menuturkan bahwa kliennya tidak ingin mati dan menggugat rencana eksekusi negara bagian Nevada dengan metode suntik mati menggunakan tiga obat berbeda.
"Ini bukan taktik untuk menunda," sebut Brad Levenson, pengacara yang mewakili Floyd, dalam gugatan ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun diketahui bahwa gugatan terhadap protokol eksekusi mati negara bagian Nevada membutuhkan pengacara Floyd untuk memberikan metode alternatif. Levenson pun menuturkan bahwa tembakan ke kepala akan menjadi 'cara paling manusiawi' bagi kliennya.
"Eksekusi mati oleh regu tembak ... menyebabkan kematian yang lebih cepat dan tidak terlalu menyakitkan daripada suntikan mematikan," sebut Levenson mewakili Floyd dalam gugatan tersebut.
Diketahui bahwa hanya tiga negara bagian AS, yakni Mississippi, Oklahoma dan Utah, dan militer AS saja yang mengizinkan eksekusi mati oleh regu tembak. Terakhir kali, metode ini digunakan di AS tahun 2010 lalu di negara bagian Utah.
Pengacara Floyd meminta hakim federal di Las Vegas, Nevada, untuk menunda eksekusi mati kliennya hingga otoritas penjara setempat 'merancang prosedur baru atau prosedur lain untuk melakukan eksekusi yang sah'.
Tonton juga Video: Mencekam! Sehari 3 Penembakan Terjadi di AS