Amerika Serikat (AS) dan Filipina sepakat akan melakukan latihan militer gabungan selama dua minggu mulai Senin (12/4) mendatang. Latihan gabungan tahunan kedua negara kembali digelar usai sempat dibatalkan pada tahun lalu akibat pandemi COVID-19.
Seperti dilansir Reuters, Minggu (11/4/2021) kesepakatan itu disampaikan usai Menteri Pertahanan dari kedua belah negara melakukan panggilan via telepon untuk membahas latihan tersebut, dan juga terkait situasi di Laut China Selatan dan perkembangan keamanan regional.
Latihan gabungan kedua negara bertujuan untuk menguji kesiapan militer dalam menanggapi ancaman seperti bencana alam dan serangan ekstremis. Namun untuk tahun ini, personel yang terlibat dalam latihan akan dikurangi jumlahnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Hanya 1.700 tentara - 700 dari Amerika Serikat dan 1.000 dari Filipina - yang akan berpartisipasi, tidak seperti latihan sebelumnya yang melibatkan sebanyak 7.600 tentara," kata Letnan Jenderal Cirilito Sobejana.
"Akan ada kontak fisik tapi diminimalkan," ujarnya.
Sebelumnya, Filipina melayangkan protes terkait kehadiran kapal-kapal China di dalam zona ekonomi eksklusif di Whitsun Reef. Pihaknya berulang kali sudah meminta China untuk memindahkan kapal-kapal itu, Namun, para diplomat China mengatakan bahwa kapal-kapal penangkap ikan itu hanya berlindung dari badai dan tidak ada milisi di dalamnya.
Kehadiran kapal-kapal China baru-baru ini di dekat Filipina menjadi salah satu tindakan yang memicu kritik dari Amerika Serikat, dimana AS menuduh China mengintimidasi negara-negara kecil di kawasan Laut China Selatan.
Diketahui Brunei, Malaysia, Filipina, Taiwan, Cina dan Vietnam memiliki klaim teritorial yang bersaing di Laut Cina Selatan.
Simak juga 'Saat AS Kirim Bantuan Rudal dan Persenjataan Militer ke Filipina':
Dalam panggilan telepon antara Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana dan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin, Austin juga menegaskan kembali pentingnya Visiting Forces Agreement (VFA) antara kedua negara.
Lorenzana berkomitmen untuk membahas masalah tersebut dengan Presiden Rodrigo Duterte.
Lebih lanjut, Lorenzana juga meminta bantuan Austin untuk mempercepat pengiriman dosis vaksin COVID-19 yang dikembangkan oleh perusahaan farmasi dan bioteknologi AS Moderna yang dipesan oleh Filipina.