Para pemimpin gereja dan pemerintah Prancis menyatakan kemarahannya setelah sebuah gereja besar di Paris mengadakan misa Paskah yang dipenuhi jemaat, dengan hanya beberapa orang yang memakai masker dan tanpa jarak sosial, yang bertentangan dengan batasan COVID-19.
Kecaman atas misa Paskah di gereja Saint-Eugene-Sainte-Cecile tersebut muncul di tengah laporan televisi tentang restoran kelas atas yang beroperasi di ibu kota Prancis itu meskipun ada pembatasan terkait virus Corona.
Jaksa penuntut Paris mengatakan kepada AFP bahwa penyelidikan telah dibuka untuk tuduhan membahayakan nyawa orang lain atas ibadah tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Surat kabar Le Parisien mempublikasikan video kebaktian gereja yang memperlihatkan para jemaat berkumpul bersama, masker tidak dikenakan dan para pastor secara langsung menempatkan roti komuni ke dalam mulut jemaat. Disebutkan bahwa misa itu berlangsung empat jam.
"Ini jelas tidak bisa diterima," kata Wakil Menteri Dalam Negeri Marlene Schiappa kepada radio Franceinfo seperti dilansir kantor berita AFP, Rabu (7/4/2021).
Karine Dalle, juru bicara Keuskupan Paris, mengatakan pihaknya "terkejut" dengan kurangnya jarak sosial di kebaktian itu dan mengatakan pihaknya mengutuk "perilaku tercela seperti itu".
"Sayangnya, video tersebut sudah jelas. Kami melihat sejumlah besar orang tanpa masker dan tanpa jarak sosial. Kami dengan tegas mengutuknya," katanya kepada AFP.
"Masalah ini jelas akan dibicarakan secara internal dengan mereka yang bertanggung jawab. Sebagian besar paroki di Paris untungnya telah menghormati banyak instruksi kesehatan selama beberapa bulan," imbuhnya.
Sesuai aturan yang ditetapkan, masker harus dikenakan oleh semua jemaat berusia di atas 11 tahun dengan dua kursi tersisa di antara setiap orang atau kelompok keluarga, serta bangku kosong di antara setiap baris orang.