Kota Palma, Mozambik kini berada dalam kekuasaan ISIS usai kelompok militan itu melakukan pertempuran selama beberapa hari lalu. Sejumlah warga Mozambik yang berhasil kabur dari Mozambik kabur melalui hutan untuk mencari perlindungan.
Seperti dilansir AFP, Selasa (30/3/2021) banyak korban selamat mengatakan mereka telah berjalan kaki selama berhari-hari melewati hutan untuk mencari perlindungan ke daerah Mueda. Sesampainya di Mueda, mereka tiba dalam keadaan kelelahan bahkan kaki pun bengkak.
"Banyak orang jatuh karena kelelahan dan tidak dapat melanjutkan berjalan, terutama para orang tua dan anak-anak," kata seorang warga yang berhasil kabur di Mueda.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, sejumlah orang juga melarikan diri ke lokasi lokasi proyek gas. Mereka kemudian dikirim ke ibu kota daerah Pemba dengan menggunakan perahu.
Pemerintah Mozambik mengatakan puluhan orang tewas dalam serangan militan tersebut, termasuk tujuh orang yang terjebak dalam penyergapan selama operasi evakuasi dari sebuah hotel tempat mereka mencari perlindungan.
Menurut pihak keluarga, seorang warga Afrika Selatan termasuk di antara mereka yang tewas.
Serangan ISIS dimulai tak lama setelah pengiriman makanan mendarat ke kota pesisir utara, di mana selama berbulan-bulan tidak dapat diakses melalui jalan darat karena ketidakamanan.
Lionel Dyck, pemilik perusahaan militer swasta yang membantu otoritas Mozambik melawan pemberontakan, mengatakan kepada BBC bahwa seorang pengemudi truk makanan dipenggal kepalanya saat serangan terjadi.
Para saksi mata mengatakan kepada AFP bahwa ISIS pertama kali menargetkan bank dan kantor polisi sebelum menyebar ke seluruh kota Palma.
Pada Senin (29/3), ribuan orang yang kabur berhasil tiba di kota Pemba. Sementara diketahui 10.000 orang lainnya sedang menunggu untuk dievakuasi.
Kota Pemba kini sudah dipadati ratusan ribu orang yang mengungsi akibat pemberontakan, yang telah mengusir hampir 700.000 orang dari rumah mereka di Mozambik.
Sementara itu, serangan ISIS juga memaksa pekerja asing dan penduduk setempat untuk mencari perlindungan sementara di sebuah pabrik gas milik perusahaan Prancis, Total, yang dijaga ketat di semenanjung Afungi.
"Sejumlah besar warga sipil yang diselamatkan dari Palma juga diangkut ke situs Afungi, di mana mereka menerima bantuan kemanusiaan dan logistik," kata Total dalam sebuah pernyataan.