Militer Myanmar Tembak Mati 107 Orang dalam Sehari, Ini Kata Biden

Militer Myanmar Tembak Mati 107 Orang dalam Sehari, Ini Kata Biden

Syahidah Izzata Sabiila - detikNews
Senin, 29 Mar 2021 13:32 WIB
President Joe Biden speaks about the shooting in Boulder, Colo., Tuesday, March 23, 2021, in the State Dining Room of the White House in Washington. (AP Photo/Patrick Semansky)
Presiden AS, Joe Biden kecam pertumpahan darah di Myanmar (Foto: AP/Patrick Semansky)
Washington DC -

Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengecam pertumpahan darah terhadap pengunjuk rasa antikudeta di Myanmar sebagai tindakan yang benar-benar memalukan, usai pasukan keamanan menewaskan lebih dari 100 orang termasuk sedikitnya tujuh anak pada Sabtu (27/3) lalu.

Diketahui pada Sabtu (27/3), setidaknya 107 orang tewas di seluruh Myanmar ketika pasukan keamanan menembaki pengunjuk rasa.

"Ini mengerikan," kata Biden kepada wartawan dalam sambutan singkat yang dia berikan di negara bagian asalnya, Delaware, seperti dilansir AFP, Senin (29/3/2021)

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Benar-benar memalukan, dan berdasarkan laporan yang saya dapatkan, banyak sekali orang yang terbunuh," imbuhnya.

Pertumpahan darah mengerikan itu terjadi usai junta menggelar pawai perayaan tahunan Hari Angkatan Bersenjata.

ADVERTISEMENT

Uni Eropa menggambarkan kekerasan mematikan itu sebagai hal yang "tidak bisa diterima".

"Jauh dari merayakan, militer Myanmar kemarin telah membuat hari yang mengerikan dan memalukan," kata Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Josep Borrell, dalam sebuah pernyataan.

Pernyataan itu muncul setelah para kepala Pertahanan dari 12 negara termasuk AS, Inggris, Jepang, dan Australia mengecam militer Myanmar.

Simak Video "144 Orang Tewas di Myanmar, Biden: Mengerikan!":

[Gambas:Video 20detik]



"Seorang militer profesional mengikuti standar perilaku internasional dan bertanggung jawab untuk melindungi - bukan merugikan - orang-orang yang dilayaninya," kata pernyataan bersama itu.

"Kami mendesak Angkatan Bersenjata Myanmar untuk menghentikan kekerasan dan bekerja untuk memulihkan rasa hormat dan kredibilitas dengan rakyat Myanmar yang telah hilang melalui tindakannya," imbuhnya.

Menurut kelompok pemantau lokal, jumlah korban tewas akibat tindakan keras sejak kudeta sejauh ini telah meningkat menjadi sedikitnya 423 orang.

Pada hari Minggu (28/3), sejumlah pemakaman para korban diadakan. Terlepas dari bahaya yang mengintai, para pengunjuk rasa kembali turun ke jalan di beberapa wilayah di Yangon termasuk Hlaing, dan kota Dawei, Bago, Myingyan dan Monywa.

Media yang dikelola pemerintah mengkonfirmasi dua pria dan dua wanita tewas di Monywa. Di Myingyan - satu wanita tewas dan dua lainnya luka-luka. Sementara di Hlaing, seorang anak laki-laki berusia 16 tahun kehilangan tangan akibat ledakan ketika mencoba melempar granat yang dilemparkan pasukan keamanan ke pengunjuk rasa.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebutkan jumlah korban tewas pada hari Sabtu menjadi 107 orang - termasuk tujuh anak - tetapi diperkirakan akan terus bertambah.

"Tindakan memalukan, pengecut, dan brutal dari militer dan polisi - yang menembaki pengunjuk rasa saat mereka melarikan diri, dan yang bahkan tidak menyelamatkan anak-anak kecil - harus segera dihentikan," kata utusan PBB, Alice Wairimu Nderitu dan Michelle Bachelet dalam pernyataan bersama.

Henrietta Fore, Direktur Eksekutif UNICEF, mengatakan 10 anak dilaporkan telah ditembak dan dibunuh pada hari Sabtu (27/3).

"Selain dampak langsung dari kekerasan, konsekuensi jangka panjang dari krisis bagi anak-anak Myanmar bisa menjadi bencana besar," kata Fore dalam sebuah pernyataan.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads