Myanmar membebaskan lebih dari 600 tahanan kudeta dari penjara pada Rabu (24/3), di tengah kemarahan atas tindakan brutal junta militer terhadap para demonstran. Diketahui protes nasional terus digaungkan atas penahanan Aung San Suu Kyi dan pemimpin terpilih Myanmar lainnya.
Seperti dilansir AFP, Rabu (24/3/2021), di Yangon, lebih dari 600 orang yang ditahan akibat memprotes kudeta, dibebaskan dari penjara Insein.
"Kami membebaskan 360 pria dan 268 wanita dari penjara Insein hari ini," kata seorang pejabat senior penjara tanpa menyebut namanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengacara Khin Maung Myint, yang berada di penjara Insein untuk sidang dua klien lainnya, mengatakan 16 bus penuh orang meninggalkan penjara pada pukul 10 pagi waktu setempat.
"Mereka dikirim ke kantor polisi terkait untuk kembali ke rumah. Beberapa klien menelepon saya (setelah) memberi tahu saya tentang pembebasan mereka," katanya kepada AFP.
Media lokal menunjukkan potret para tahanan yang berada di dalam bus sembari mengacungkan hormat tiga jari, sebuah tanda perlawanan terhadap gerakan antikudeta.
Pada Rabu (24/3), para aktivis menyerukan aksi "Demo Diam" nasional, di mana jalan-jalan di kota Yangon dan Naypyidaw sepi.
Di selatan kota Myeik, barisan boneka didirikan di sepanjang jalan, memegang tulisan-tulisan seperti "Kita butuh demokrasi" dan "Kami berharap Bunda Suu sehat."
20 Anak Tewas
Menurut Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP), tiga orang tewas pada hari Selasa (23/3) termasuk seorang bocah perempuan berusia tujuh tahun, Khin Myo Chit, yang ditembak mati di rumahnya di Mandalay.
Kelompok bantuan Save the Children dan AAPP mengatakan bahwa setidaknya 20 orang berusia di bawah 18 tahun tewas dalam tindakan keras aparat.
"Kami ngeri bahwa anak-anak terus menjadi sasaran serangan fatal terhadap pengunjuk rasa damai ini," kata Save the Children dalam sebuah pernyataan.
"Keselamatan anak-anak harus dilindungi dalam semua keadaan dan kami sekali lagi meminta pasukan keamanan untuk segera mengakhiri serangan mematikan terhadap pengunjuk rasa ini," imbuhnya.
Badan amal itu mengatakan pihaknya juga sangat mengkhawatirkan "ratusan anak muda" yang ditahan.
Junta Myanmar terus mempertahankan tindakan keras selama tujuh minggu berturut-turut dan bersikeras tidak akan mentolerir "anarki".
AAPP telah memverifikasi 275 kematian sejak kudeta, tetapi memperingatkan jumlah korban bisa lebih tinggi, dan mengatakan lebih dari 2.800 orang telah ditahan.
Sementara itu, juru bicara Junta, Zaw Min Tun pada konferensi pers hari Selasa (23/3) di ibu kota Naypyidaw, menyebutkan jumlah korban tewas lebih rendah, yakni sekitar 164 orang.
Lihat juga video 'Myanmar Kian 'Berdarah', Junta Militer Bandingkan dengan Polisi AS':