Israel kembali menggelar pemilu pada Selasa (23/3) waktu setempat, yang merupakan pemilu keempat dalam kurang dari dua tahun terakhir. Pemilu terbaru ini digelar saat publik Israel terpecah soal apakah Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu berhak kembali menjabat.
Seperti dilansir AFP, Selasa (23/3/2021), tempat-tempat pemungutan suara telah dibuka di seluruh wilayah Israel dan di wilayah pendudukan Tepi Barat pada Selasa (23/3) waktu setempat. Dalam pemilu kali ini, sekitar 6,5 juta pemilih terdaftar di Israel.
Netanyahu yang merupakan PM terlama di Israel dan saat ini masih menjadi politikus paling populer, dianggap tidak mampu menyatukan pemerintahan yang stabil di belakangnya dalam beberapa tahun terakhir.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menghadapi jutaan pemilih Israel yang akan menentukan kelanjutan jabatannya, setelah memimpin program vaksinasi virus Corona (COVID-19) yang sukses. Sejauh ini, separuh dari total populasi Israel, yang mencapai 9 juta jiwa, telah divaksin Corona sepenuhnya -- kecepatan vaksinasi di Israel membuat iri negara lain.
Namun sementara polling memproyeksikan Partai Likud yang dipimpinnya akan memenangkan sebagian besar kursi parlemen, Netanyahu dinilai akan membutuhkan mitra koalisi untuk mengamankan dominasi dalam parlemen, atau Knesset, yang memiliki total 120 kursi.
Itu berarti, Israel memiliki tiga kemungkinan hasil, yakni koalisi lain di bawah Netanyahu, pemerintahan yang terbagi secara ideologi namun disatukan hanya oleh oposisi terhadap Netanyahu, atau pemilu kelima yang tidak jelas.
Pemilu Israel pada 23 Maret ini digelar setelah Netanyahu memicu runtuhnya koalisi pemerintahan Israel yang dibentuknya dengan rivalnya, Benny Gantz, menyusul tidak pemilu sebelumnya yang hasilnya tidak menentukan.
Simak video 'Jelang Pemilu, Ribuan Warga Israel Tolak Netanyahu':
Gantz, yang ditinggalkan banyak pendukungnya setelah sepakat berkoalisi dengan Netanyahu, menuturkan bahwa dirinya bersedia bergabung dengan koalisi pimpin Netanyahu untuk memberikan stabilitas yang sangat dibutuhkan Israel saat pandemi Corona merajalela tahun lalu.
Namun kesepakatan koalisi mereka mewajibkan Netanyahu untuk menyerahkan kekuasaan kepada Gantz setelah 18 bulan. Para pengamat memprediksi dengan tepat bahwa hal itu tidak akan pernah dilakukan Netanyahu.
Jika Netanyahu tidak bisa mendapatkan 61 kursi parlemen dalam pemilu kali ini dan lawan-lawan politiknya tidak bisa mencapai kesamaan, maka ada kemungkinan Israel akan menggelar pemilu kelima dalam tiga tahun ke depan.
Pengamat politik Gideon Rahat menilai bahwa prospek tersebut yang mungkin cocok dengan Netanyahu, yang tujuan utamanya adalah tetap berkuasa. Dia akan bisa menjabat pelaksana tugas PM selama menunggu digelarnya pemilu baru di Israel.
"Dia (Netanyahu-red) bisa dengan mudah maju ke pemilu kelima, keenam atau ketujuh," cetus Rahat.