Larangan bernyanyi di acara publik bagi siswi di atas usia 12 tahun di Afghanistan akhirnya dicabut. Minggu lalu, larangan itu memicu kampanye di media sosial, di mana banyak wanita mengunggah video yang memperlihatkan mereka menyanyikan lagu favorit masing-masing dengan tagar #IAmMySong.
Seperti dilansir AFP, Senin (15/3/2021) paduan suara siswi adalah aturan reguler di setiap acara resmi Afghanistan, tetapi ketika otoritas pendidikan di Kabul melarang partisipasi remaja, hal itu langsung memicu reaksi balik.
Perintah tersebut menimbulkan kekhawatiran bahwa pejabat pendidikan "melakukan Talibanisasi" di negara itu, menandai kembalinya kelompok Islam otoriter yang melarang partisipasi wanita di hampir semua bagian masyarakat di luar rumah mereka sendiri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada Minggu (15/3), Kementerian Pendidikan mengeluarkan pernyataan yang mengatakan larangan itu "tidak mencerminkan posisi atau kebijakan Kementerian".
Pencabutan larangan itu dilakukan usai terjadi reaksi keras dari pengguna media sosial yang menggunakan tagar "#IAmMySong".
"Di Afghanistan hari ini, Kementerian Pendidikan mencekik suara gadis-gadis kecil kami dengan melarang mereka menyanyi," cuit Shamila Kohestani, mantan kapten tim sepak bola wanita nasional.
"Mereka benar-benar mengajari gadis-gadis bahwa mereka tidak memiliki suara. #IAmMySong." katanya.
Di Facebook, Tayeb Safa menuliskan, "Saya merasa Taliban sedang bangkit kembali."
Simak juga Video: Tiga Ledakan Mengguncang Afghanistan, 5 Orang Tewas
Kontroversi itu muncul di tengah kekhawatiran akan kemungkinan kembalinya Taliban ke tampuk kekuasaan ketika AS mempertimbangkan penarikan pasukannya yang tersisa dari negara itu dalam beberapa pekan mendatang, sesuai dengan kesepakatan penting yang ditandatangani dengan Taliban tahun lalu.
Dalam beberapa bulan terakhir, pembicaraan damai antara Taliban dan pemerintah Afghanistan sebagian besar terhenti. Sementara itu, kampanye pembunuhan yang ditargetkan - termasuk pembunuhan wanita terkenal Afghanistan - semakin mengguncang negara itu.
Afghanistan terus menjadi salah satu negara yang paling menindas wanita, meskipun puluhan tahun mendapat bantuan internasional.
Namun, kemajuan di daerah perkotaan telah meningkatkan harapan bahwa peluang bagi perempuan perlahan-lahan meningkat.