Seluruh warga Jepang mengheningkan cipta untuk memperingati 10 tahun bencana alam terburuk dalam sejarah negara tersebut. Gempa bumi kuat, tsunami mematikan dan bencana nuklir yang melanda Jepang satu dekade lalu membuat trauma satu bangsa.
Seperti dilansir AFP, Kamis (11/3/2021), momen mengheningkan cipta selama 1 menit digelar di seluruh wilayah Jepang pada Kamis (11/3) siang, sekitar pukul 14.26 waktu setempat. Waktu tersebut menandai momen saat gempa berkekuatan Magnitudo 9 mengguncang pantai timur laut Jepang pada 11 Maret 2011 lalu.
Sedikitnya 18.500 orang meninggal atau hilang dalam bencana itu, dengan sebagian besar diterjang tsunami yang dipicu oleh gempa yang tercatat sebagai salah satu yang terkuat yang pernah terjadi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bencana nuklir yang melanda pembangkit nuklir Fukushima Daiichi akibat gempa dan tsunami itu membuat area sekitarnya diselimuti radiasi, yang menyebabkan beberapa kota tidak bisa dihuni selama bertahun-tahun dan puluhan ribu penduduk tergusur.
Berbicara dalam seremoni peringatan di teater nasional Tokyo, Kaisar Naruhito menyatakan 'ingatan tak terlupakan dari tragedi itu' bertahan selama satu dekade.
"Banyak dari mereka yang menderita, meskipun mengalami penderitaan akibat dampak yang sangat besar, telah mengatasi banyak kesulitan dengan membantu satu sama lain," ucapnya.
Acara peringatan tahunan itu digelar dengan sedikit hadirin, yang berbeda dengan sebelumnya karena adanya penetapan masa darurat Corona di Tokyo dan sekitarnya.
Namun dia menegaskan bahwa Jepang selalu 'mengatasi setiap krisis dengan keberanian dan harapan'.
Acara peringatan tidak hanya digelar secara publik, tapi juga secara privat di berbagai wilayah Jepang. Warga setempat meletakkan karangan bunga di pemakaman korban dan meninggalkan surat bagi anggota keluarga mereka yang hilang di tepi pantai.
Toshio Kumaki (78) berjalan di sepanjang tembok raksasa di Hisanohama, Fukushima, yang dibangun setelah tsunami dan menyampaikan doa. Sekitar 60 orang tewas di wilayah Ohisa, salah satu distrik yang berbatasan dengan kawasan pantai tersebut.
Mata Kumaki berkaca-kaca saat dia mengenang tragedi itu. "Itu sungguh menakutkan," ucapnya.