Puluhan ribu wanita turut bergabung dalam aksi protes yang dilakukan para petani di pinggiran New Delhi, India pada Senin (8/3) ini. Sebagai upaya memperingati Hari Perempuan Internasional, mereka turut menuntut pembatalan undang-undang baru yang membuka pasar hasil pertanian bagi pembeli swasta.
Seperti dilansir Reuters, Senin (8/3/2021) para wanita tersebut menggunakan kerudung berwarna kuning cerah yang melambangkan warna ladang sawi. Mereka meneriakkan slogan-slogan, mengadakan pawai kecil, dan berpidato melalui pengeras suara.
"Ini hari yang penting karena melambangkan kekuatan perempuan," kata Veena (37) dari keluarga petani, yang hanya menyebutkan satu namanya untuk melindungi identitasnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya yakin jika kami para wanita bersatu, maka kami dapat mencapai target kami lebih cepat," tambahnya, yang melakukan perjalanan dari negara bagian Punjab ke tempat aksi demo.
Menurut polisi dan penyelenggara acara, ada lebih dari 20.000 wanita yang berkumpul di lokasi demo yang terletak dekat perbatasan New Delhi dengan negara bagian Haryana itu.
"Ini adalah hari yang akan dikelola dan dikendalikan oleh perempuan, pembicara adalah perempuan, akan banyak perspektif feminis yang dibawa, dan diskusi tentang apa arti undang-undang ini bagi petani perempuan," kata aktivis pertanian Kavitha Kuruganti.
"Ini adalah satu kesempatan lagi untuk menampilkan dan menyoroti kontribusi petani perempuan, baik di bidang pertanian di India maupun untuk gerakan ini," imbuhnya.
Pemerintah India mengatakan reformasi akan membawa investasi swasta ke sektor pertanian, meningkatkan rantai pasokan dan mengurangi limbah kolosal.
Dihadapkan dengan protes, pemerintah Perdana Menteri Narendra Modi menawarkan untuk menangguhkan undang-undang tersebut selama 18 bulan. Namun, para petani menuntut pencabutan UU itu dan menolak untuk menghentikan aksi demo.
Sektor pertanian menyumbang hampir 15 persen dari ekonomi India, dengan total senilai US$ 2,9 triliun dan mempekerjakan sekitar setengah total tenaga kerja di India.