Yordania mengecam keputusan pemerintah Israel untuk mengizinkan 230 warga Yahudi untuk memasuki areal Masjid Al-Aqsa pada Minggu (28/2). Kecaman itu disampaikan lantaran mereka memasuki wilayah suci itu untuk merayakan festival Yahudi.
Seperti dilansir Arab News, Senin (1/3/2021) juru bicara Kementerian Luar Negeri Yordania, Daifallah Al-Fayez, mengatakan bahwa polisi Israel mengizinkan ratusan kelompok radikal masuk ke Masjid Al-Aqsa tanpa koordinasi dengan pejabat Wakaf Yordania.
Tindakan Israel disebut sebagai pelanggaran berat atas status quo sejarah dan hukum. Sementara Israel juga melanggar hukum internasional dan komitmen yang dibuat oleh negara Yahudi itu sendiri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Al-Fayez menekankan bahwa departemen Wakaf Yerusalem adalah satu-satunya pihak legal yang bertanggung jawab atas pengelolaan masjid, termasuk memutuskan siapa yang boleh masuk ke kawasan Al-Aqsa.
Diketahui kaum radikal yang mendapatkan izin untuk memasuki Al-Aqsha sedang merayakan festival Yahudi Purim dan telah menelepon sehari sebelumnya untuk mengadakan perayaan "karnaval", yang sering dirayakan dengan mengenakan kostum dan pakaian serta topeng warna-warni.
Dalam festival itu, terlihat warga Yahudi tampak mabuk dan mengacungkan botol anggur di luar salah satu gerbang masjid.
Al-Fayez mengatakan bahwa Israel harus menghormati status quo dan otoritas para pejabat wakaf yang bermarkas di Yerusalem.
Tindakan Israel dilakukan pada saat media negara Yahudi itumengklaim bahwa Menteri Pertahanan Israel Jenderal Benny Gantz mengadakan pertemuan tanpa pemberitahuan dengan raja Yordania pada Jumat lalu (26/2). Yordania belum mengomentari masalah ini.
Dilaporkan sebelumnya, Gantz mengatakan kepada anggota partainya bahwa dia sedang melakukan pertemuan rahasia dengan pejabat tinggi Yordania. Gantz secara terbuka mengkritik Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu karena gagal meningkatkan hubungan dengan Yordania.
"Saya pikir hubungan kita dengan Yordania bisa 1.000 kali lebih baik. Sayangnya, Netanyahu adalah sosok yang tidak diinginkan di Yordania, dan kehadirannya merugikan hubungan kedua negara," kata Gantz.
Raja Yordania dilaporkan tidak senang dengan cara Israel melanggar kesepakatan yang dicapai di Amman, Yordania pada tahun 2014. Dalam kesepakatan yang juga dihadiri Menteri Luar Negeri AS John Kerry, Netanyahu dan raja Yordania tersebut, mereka setuju bahwa Masjid Al-Aqsa adalah untuk "Muslim berdoa dan untuk semua orang yang ingin berkunjung.