3 Orang Dibui 22-30 Tahun Atas Rencana Serangan di Prancis

3 Orang Dibui 22-30 Tahun Atas Rencana Serangan di Prancis

Syahidah Izzata Sabiila - detikNews
Kamis, 18 Feb 2021 14:07 WIB
Caucasian woman holding gavel
ilustrasi (Foto: iStock)
Paris -

Dua warga Prancis dan seorang warga Maroko mendapat hukuman penjara atas rencana serangan yang gagal di Prancis. Informasi rencana serangan itu didapatkan setelah seorang agen intelijen yang menyamar sebagai militan menyusup ke jaringan dunia maya mereka.

Seperti dilansir AFP, Kamis (18/2/2021) pengadilan pidana Prancis menghukum Hicham Makran dengan 22 tahun penjara, teman masa kecilnya, Yassine Bousseria, mendapat hukuman 24 tahun penjara dan warga Maroko, Hicham El-Hanafi dengan hukuman maksimal 30 tahun penjara.

Disebutkan bahwa Hicham El-Hanafi melakukan tindakan yang "sangat ekstrem untuk persiapan serangan teror massal itu".

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bousseria dan Hanafi juga disebut pengadilan terlibat dalam rencana yang "sangat serius". Ketiganya diadili atas tuduhan terlibat kelompok teror untuk melakukan serangan.

Agen dari Dinas Intelijen Domestik (DGSI) Prancis, menggunakan nama sandi Ulysse, untuk menyusup ke jaringan komunikasi kelompok ISIS. Aksi DGSI itu berhasil menangkap ketiga pelaku.

ADVERTISEMENT

Kasus ini dimulai pada 2016, setelah kelompok intelijen mengindikasi kelompok ISIS sedang berusaha mendapatkan senjata untuk melakukan "aksi kekerasan" di Prancis. Agen DGSI berhasil menembus loop pesan Telegram yang dienkripsi dan melakukan kontak dengan "ketua" ISIS di Suriah, yang dijuluki Sayyaf.

Sayyaf mengatakan para militan membutuhkan amunisi termasuk empat Kalashnikov. Ulysse pun berpura-pura bisa menyuplai permintaan itu.

Pada Juni 2016, Sayyaf mengirim Ulysse uang tunai 13.300 euro (Rp 225 juta) yang disimpan di pemakaman Montparnasse di Paris, ibu kota Prancis. Dengan uang tersebut, Ulysse kemudian memberi tahu Sayyaf bahwa dia telah membeli senjata dan menyembunyikannya di sebuah hutan di utara Paris. Intelijen menaruh sejumlah kamera pengintai di sekitar hutan.

Intelijen Prancis kemudian menerima informasi bahwa dua warga negara Prancis, yang pernah berada di sekitar perbatasan Turki-Suriah, telah pulang dan bersiap untuk beraksi. Mereka pun ditangkap.

Pesan lain kemudian diterima yang mengidentifikasi seorang warga Maroko yang terlibat. Dengan menganalisis teleponnya, para penyelidik menemukan bahwa dia telah mencoba dua kali untuk menemukan gudang senjata.

Prancis masih dalam kondisi waspada terhadap serangan militan setelah serangkaian serangan teror menghantui negara itu pada tahun 2015.

Halaman 2 dari 2
(izt/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads