Seperti dilansir AFP, Rabu (10/2/2021), otoritas Rusia mencatat sudah ada 4.012.710 kasus infeksi Corona, yang merupakan jumlah kasus tertinggi keempat di dunia, setelah Amerika Serikat, India, dan Brasil.
Rusia mendapat kecaman karena statistik menyebut jumlah kematian sekitar 78.134 kasus. Padahal angka yang diterbitkan oleh Badan Statistik Rosstat pada hari Senin (8/2) menunjukkan lebih dari 162.000 kematian yang terjadi di Rusia. Angka ini lebih dari dua kali lipat jumlah yang dilaporkan oleh satuan tugas pemerintah sejauh ini.
Rusia sering mendapat kecaman karena meremehkan dampak pandemi dan hanya menghitung kematian saat virus Corona ditemukan sebagai penyebab utama setelah autopsi.
Rusia kian terpukul setelah mengalami gelombang kedua infeksi. Namun pemerintah menahan diri untuk menerapkan lockdown seperti negara-negara Eropa lainnya dan sebaliknya mengandalkan peluncuran vaksin secara nasional.
Rusia mengatakan bahwa 2,2 juta orang di negara itu telah diberikan vaksin sejak program inokulasi dimulai pada Januari lalu.
Wali Kota Moskow Sergei Sobyain mengatakan bulan lalu, bahwa setengah dari populasi kota, atau setidaknya enam juta orang, telah terinfeksi virus Corona, menunjukkan jumlah korban nasional yang jauh lebih tinggi.
Namun, bulan lalu dia juga mengumumkan pelonggaran pembatasan yang signifikan di ibu kota, yang merupakan pusat penyebaran virus Corona di Rusia.
Bar dan restoran beroperasi seperti biasa, sekolah telah dibuka kembali dan perusahaan tidak lagi diwajibkan untuk mempekerjakan staf dari rumah. Meski begitu, warga Rusia diwajibkan untuk tetap menggunakan masker di area publik.
Simak video 'Rusia Klaim Vaksin Corona Sputnik V Paling Aman: Efikasi 91,6%':
(izt/ita)