Para pejabat India mengatakan waktu untuk menyelamatkan puluhan orang yang terperangkap di dalam terowongan usai 'tsunami Himalaya' hampir habis.
Seperti dilansir AFP, Rabu (10/2/2021) lebih dari 170 orang masih hilang setelah luapan air dan puing-puing menerjang dengan kecepatan tinggi pada Minggu (7/2) pagi waktu setempat. Kejadian itu menyapu jembatan dan jalan serta menghantam dua pembangkit listrik tenaga air.
"Sejauh ini ada tiga puluh dua jasad telah ditemukan," kata para pejabat pada hari Rabu (10/2).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mungkin perlu waktu berhari-hari untuk menemukan lebih banyak jasad di bawah berton-ton batu dan puing-puing lainnya.
Dua puluh lima mayat belum teridentifikasi. Banyak dari korban adalah pekerja yang berasal dari wilayah yang jauh di India. Keberadaannya pada saat bencana mungkin tidak diketahui.
Fokus utama dari operasi penyelamatan besar-besaran, yang berlangsung siang dan malam, adalah sebuah terowongan di dekat pembangkit listrik tenaga air yang rusak parah di Tapovan, negara bagian Uttarakhand.
Para penyelamat di sana telah berjuang melewati ratusan ton lumpur, batu besar, dan rintangan lain untuk mencoba menjangkau 34 orang yang diharapkan penyelamat masih hidup.
"Seiring berjalannya waktu, kemungkinan menemukan mereka telah berkurang. Tapi keajaiban bisa terjadi," kata Piyoosh Rautela, seorang pejabat senior bantuan bencana negara kepada AFP.
"Banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk melakukan penyelamatan. Kami tidak bisa memasukkan banyak buldoser bersama-sama. Kami bekerja sepanjang waktu. Tapi jumlah puing-puingnya begitu banyak dan membutuhkan waktu untuk membersihkannya," katanya.
Vivek Pandey, juru bicara polisi perbatasan mengatakan kepada Times of India bahwa jika 34 orang yang dicari masih hidup, mereka dikhawatirkan terkena hipotermia, yang bisa berakibat fatal.
Di luar terowongan, tim medis bersiap siaga dengan tabung oksigen dan tandu.
Shuhil Dhiman (47) mengatakan bahwa saudara iparnya Praveen Diwan, seorang kontraktor swasta, masuk ke terowongan saat kejadian bersama tiga orang lainnya saat banjir melanda.
"Kami tidak tahu apa yang terjadi padanya. Kami pergi ke dekat terowongan tetapi ada lumpur yang menghalangi. Terowongan itu memiliki kemiringan tajam dan saya pikir air dan lumpur telah masuk jauh ke dalam," kata Shuhil Dhiman kepada AFP. .
Bencana yang oleh media lokal disebut sebagai 'tsunami Himalaya' itu disebabkan oleh pencairan gletser yang cepat di wilayah Himalaya, yang disebabkan oleh pemanasan global.
Kegiatan pembangunan bendungan, pengerukan dasar sungai untuk pasir dan penebangan pohon untuk jalan baru adalah faktor-faktor lain.