Kelompok Negara Islam (ISIS) membunuh 26 pejuang pro-rezim di Suriah Timur pada Senin (8/2) waktu setempat. Serangan itu terjadi menyusul serentetan pembunuhan termasuk pemenggalan kepala di sebuah kamp penampungan keluarga para anggota ISIS.
Seperti dilansir AFP, Selasa (9/2/2021), ISIS melakukan penyergapan di provinsi Deir Ezzor, Suriah Timur yang menewaskan 26 pejuang pro-rezim Presiden Bashar al-Assad, termasuk tujuh tentara Suriah, kata kelompok pemantau HAM Suriah, Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia. Sebelas anggota ISIS juga tewas, katanya.
Pekan lalu ISIS membunuh 19 orang di Suriah tengah, dan pada Desember 2020, hampir 40 tentara Suriah tewas ketika ISIS menyergap bus berisi para tentara yang tengah dalam perjalanan pulang untuk liburan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebut ISIS menjadikan gurun di provinsi Deir Ezzor sebagai 'tempat berlindung' dan tempat merencanakan serangan terhadap pasukan rezim dan musuh lainnya.
Sementara itu, seorang pejabat Kurdi mengatakan telah terjadi 14 pembunuhan, termasuk tiga pemenggalan di kamp penampungan kerabat ISIS sejak awal tahun ini.
ISIS telah menyerang sebagian besar wilayah Suriah dan Irak serta memproklamirkan 'kekhalifahan' lintas batas pada 2014. Namun ISIS akhirnya berhasil dipukul mundur.
Pertarungan pimpinan Kurdi yang mengusir ISIS dari pertahanan terakhirnya pada Maret 2019 membuat puluhan ribu orang mengungsi, banyak di antaranya kini tinggal di kamp-kamp di timur laut yang dikuasai Kurdi.
Kekacauan dan Ketakutan
Kamp pengungsian terbesar Al-Hol menampung hampir 62.000 orang, di mana lebih dari 80 persennya adalah wanita dan anak-anak.
Sebagian besar pengungsi adalah penduduk Suriah dan Irak, tapi ada pula ribuan wanita dan anak-anak dari Eropa dan Asia yang tinggal di bagian terpisah karena dituduh memiliki hubungan keluarga dengan ISIS.
Sheikhmous Ahmed, seorang pejabat yang bertanggung jawab mengelola kamp itu, mengatakan kepada AFP bahwa mereka yang tewas di Al-Hol sejak awal tahun adalah 10 warga Irak dan empat warga Suriah, semuanya penghuni kamp.
Beberapa ditembak mati dengan senjata peredam suara.
Anggota ISIS di Al Hol melakukan serangan terhadap mereka yang bekerja sama dengan manajemen kamp, dengan tujuan untuk menabur kekacauan dan ketakutan.
Namun sumber kemanusiaan lain menyebut sejumlah pembunuhan dikaitkan dengan ketegangan antar suku.
Laporan PBB yang diterbitkan bulan ini menyoroti rendahnya keamanan di Al-Hol.
Jumlah penjaga di Al-Hol turun dari 1.500 pada pertengahan 2019 menjadi 400 orang pada akhir 2020, kata PBB.
Mereka melaporkan "radikalisasi, pelatihan, penggalangan dana, dan hasutan operasi eksternal" di kamp itu, dengan "beberapa anak di bawah umur ... dilaporkan diindoktrinasi dan dipersiapkan untuk menjadi agen ISIS di masa depan."
Otoritas Kurdi di timur laut Suriah telah lama meminta negara-negara asing untuk memulangkan warganya dari Al-Hol dan kamp-kamp lain di timur laut Suriah.
Tetapi negara-negara Barat sebagian besar enggan memulangkan warganya yang terkait ISIS, meskipun beberapa negara telah membawa pulang para wanita dan anak-anak.
Pakar hak asasi manusia PBB dalam sebuah pernyataan hari Senin (8/2) menyatakan keprihatinan serius atas situasi keamanan dan kemanusiaan yang kian buruk di kamp-kamp tersebut, dan menyerukan pemulangan segera.