Ultimatum Biden ke Iran Agar Patuhi Komitmen Nuklir

Round Up

Ultimatum Biden ke Iran Agar Patuhi Komitmen Nuklir

Tim Detikcom - detikNews
Senin, 08 Feb 2021 20:33 WIB
Ulang Tahun ke-78, Presiden Terpilih Joe Biden Tetap Fit dan Siap Memimpin Amerika
Presiden AS Joe Biden (Foto: DW News)
Washington -

Amerika Serikat dan Iran sama-sama bertahan dengan sikapnya terkait perjanjian nuklir 2015. Presiden Amerika Serikat Joe Biden menegaskan tidak akan mencabut sanksi secara sepihak terhadap Iran. Biden 'ngotot' ingin Iran harus terlebih dahulu mematuhi komitmen kesepakatan nuklirnya.

Seperti dilansir AFP, Senin (8/2/2021) sikap Biden menggarisbawahi tantangan diplomatik yang sulit ketika Biden berusaha untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir yang ditolak oleh pendahulunya, Donald Trump.

Dalam wawancara CBS News, Minggu (7/2) saat ditanya apakah Biden akan menghentikan sanksi untuk meyakinkan Iran agar kembali ke meja perundingan, ia dengan tegas menjawab "Tidak."

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kemudian Biden ditanya kembali apakah Iran harus menghentikan pengayaan uranium terlebih dahulu, dan Biden dengan cepat menganggukkan kepala.

Pada 2015, kesepakatan penting dicapai oleh Amerika Serikat dan negara-negara besar lain (China, Rusia, Jerman, Prancis, dan Inggris) terkait negosiasi panjang dengan Iran untuk mencegahnya mengembangkan senjata nuklir.

ADVERTISEMENT

Kesepakatan itu telah 'digantung' sejak Trump memutuskan menarik AS dari kesepakatan itu pada 2018 dan menerapkan kembali sanksi terhadap Teheran.

Trump berargumen bahwa perjanjian itu tidak cukup membatasi program nuklir Iran dan dia mengeluhkan aktivitas "yang membuat tidak stabil" di wilayah tersebut.

Trump melanjutkan sanksi AS terhadap Teheran yang telah dicabut melalui perjanjian tersebut, dan dia menekan sekutu yang enggan untuk melakukan hal yang sama. Setahun kemudian,Teheran menangguhkan kepatuhannya soal komitmen nuklir.

Pemerintahan Biden telah menyatakan kesediaan untuk kembali ke kesepakatan itu, tetapi bersikeras bahwa Teheran harus terlebih dahulu melanjutkan kepatuhan penuh pada komitmennya.

Pada 4 Januari lalu, Iran mengumumkan telah meningkatkan proses pengayaan uraniumnya hingga kemurnian 20 persen, jauh di atas tingkat 3,67 persen yang diizinkan sesuai kesepakatan nuklir itu, tetapi masih jauh di bawah jumlah yang dibutuhkan untuk membuat sebuah bom atom.

Biden telah berjanji untuk kembali ke perjanjian tersebut - tetapi hanya dengan syarat bahwa Iran lebih dulu memperbarui komitmennya.

Sejak pelantikan Biden pada 20 Januari, komunitas internasional ingin AS menepati janjinya - terlebih ada desakan Iran agar sanksi dicabut terlebih dahulu.

Kebuntuan semakin jelas pada Minggu (7/2) di mana Biden bersikeras dan pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei juga tidak menunjukkan fleksibilitas.

"Jika mereka ingin Iran kembali pada komitmennya ... Amerika Serikat harus sepenuhnya mencabut sanksi dalam praktiknya dan bukan di atas kertas," kata Khamenei.

"Kami kemudian akan memverifikasi jika memang sanksi dicabut dengan benar," lanjutnya, seraya menambahkan bahwa ini adalah "kebijakan definitif Republik Islam."

AS menghadapi tenggat waktu di mana Iran mengancam akan melarang pengawas internasional di situs nuklirnya pada 21 Februari jika sanksi AS belum dicabut.

Halaman 2 dari 2
(izt/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads