Imbas Kudeta, Akses Twitter di Myanmar Dibatasi

Imbas Kudeta, Akses Twitter di Myanmar Dibatasi

Eva Safitri - detikNews
Sabtu, 06 Feb 2021 06:50 WIB
poster
Ilustrasi media sosial (Foto: Edi Wahyono)
Jakarta -

Myanmar kehilangan akses ke Twitter pada Jumat malam. Hal itu disebut langkah terbaru untuk membungkam kecaman terhadap kudeta militer.

Dilansir dari AFP, Sabtu (6/2/2021), sekitar pukul 10:00 waktu setempat (1530 GMT) kemarin, sejumlah warga merasa kesulitan masuk ke Twitter. Beberapa mengatakan Twitter baru bisa digunakan dengan layanan VPN.

Telenor, salah satu penyedia telekomunikasi utama negara itu, mengonfirmasi kalau pihak berwenang telah memerintahkan blokade di Twitter dan Instagram "sampai pemberitahuan lebih lanjut" pada Jumat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Telenor Myanmar telah menantang kebutuhan dan proporsionalitas dari arahan tersebut ... dan menyoroti kontradiksi arahan tersebut dengan hukum hak asasi manusia internasional," kata perusahaan itu dalam sebuah pernyataan.

Kelompok yang berbasis di Norwegia itu menambahkan bahwa pihaknya "sangat prihatin" dan menekankan bahwa akses ke layanan komunikasi harus dijaga setiap saat.

ADVERTISEMENT

Menurut sebuah dokumen oleh kementerian yang dilihat oleh AFP tetapi tidak diverifikasi, Twitter dan Instagram digunakan untuk "menyebabkan kesalahpahaman di antara publik".

NetBlocks, yang memantau pemadaman internet di seluruh dunia, mengonfirmasi bahwa produk Facebook lainnya-seperti Whatsapp- menghadapi gangguan.

Sekitar 200 guru dan siswa melakukan protes di sebuah universitas Myanmar - pertunjukan terbesar perbedaan pendapat publik di negara itu sejauh ini. Mereka menampilkan salam tiga jari yang dipinjam dari gerakan demokrasi Thailand, para pengunjuk rasa menyanyikan lagu revolusioner yang populer.

"Kami harus melawan kediktatoran ini," kata dosen Win Win Maw kepada AFP.

"Jika semua pegawai negeri berpartisipasi dalam gerakan ini, tidak mudah menjalankan sistem pemerintahan ini."

Seperti diketahui, Pemimpin de facto Aung San Suu Kyi ditahan pada Senin (1/6) dan digulingkan dari kekuasaan, mengembalikan negara itu ke pemerintahan militer setelah 10 tahun putus asa dengan demokrasi.

Facebook menjadi platform pertama yang mengalami masalah pada hari Rabu. Pada hari Kamis, pengguna Myanmar telah berbondong-bondong ke Twitter untuk menyebarkan kampanye hashtag melawan kudeta militer dengan jutaan sebutan.

Simak video 'Sipil Myanmar Terus Memprotes Aksi Kudeta Militer':

[Gambas:Video 20detik]



(eva/eva)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads