Jerman telah memulai program vaksinasi Corona (COVID-19). Kanselir Jerman Angela Merkel menargetkan 10 juta warganya akan divaksin Corona pada kuartal pertama.
"Anda dapat mengatakan bahwa kami sudah dapat memvaksinasi 10 juta orang yang menggunakan dua (jenis) vaksin tersebut pada kuartal pertama," ujar Merkel dilansir dari Reuters, Rabu (3/2/2021).
Diketahui, populasi penduduk Jerman sebanyak 83 juta. Dalam sejumlah survei, Jerman dan beberapa negara Uni Eropa kurang menyetujui program vaksinasi karena dinilai berbahaya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski begitu, otoritas Jerman tetap memulai vaksinasi. Merkel mengatakan segala jenis vaksin yang direkomendasikan oleh Badan Obat Eropa tetap akan diterima di Jerman.
Keterlambatan kedatangan vaksin AstraZeneca sempat diperdebatkan otoritas Jerman. Mereka kemudian melirik vaksin dari Rusia, Sputnik V, dimana selama uji coba memiliki hasil yang memuaskan.
"Saya telah berbicara dengan presiden Rusia (Vladimir Putin) tentang ini, kami telah melihat data yang baik hari ini tentang vaksin Rusia," tambahnya.
Di lain kesempatan, Menteri Kesehatan Jerman, Jens Spahn mengatakan negaranya juga akan menjadi negara Uni Eropa pertama yang mulai menggunakan pengobatan antibodi eksperimental, sama seperti yang diberikan pada Donald Trump untuk pulih dari COVID-19.
"Pemerintah telah membeli 200.000 dosis seharga 400 juta euro (Rp 6,8 triliun)," kata Spahn kepada surat kabar Bild am Sonntag, dengan bayaran 2.000 euro (Rp 34 juta) per dosis.
Dilansir dari AFP, Minggu (24/1/2021), obat yang disebut sebagai 'koktail antibodi monoklonal' akan didistribusikan ke rumah sakit universitas dalam beberapa minggu mendatang. Spahn menambahkan Jerman adalah 'negara pertama di Uni Eropa' yang menggunakannya dalam perang melawan pandemi corona.
(isa/isa)