Kelompok Taliban angkat bicara dan menolak tuduhan Washington bahwa mereka tidak memenuhi janjinya di Afghanistan. Kelompok itu juga mengklaim AS 'membombardir warga sipil'.
Dilansir dari AFP, Jumat (29/1/2021) AS menandatangani kesepakatan penting dengan kelompok radikal itu pada tahun 2020 lalu, di mana AS setuju untuk menarik semua tentaranya di Afghanistan dengan imbalan jaminan keamanan setelah kebuntuan di medan perang.
"Pihak lain telah melanggar perjanjian, hampir setiap hari mereka melanggarnya," kata Mohammad Naeem, juru bicara Taliban di Qatar, kepada AFP.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mereka membombardir warga sipil, rumah-rumah dan desa-desa, dan kami telah memberi tahu mereka ini bukan hanya pelanggaran perjanjian tetapi juga pelanggaran hak asasi manusia," imbuhnya.
Militer AS dalam beberapa bulan terakhir melakukan serangan udara terhadap para pejuang Taliban untuk membela pasukan Afghanistan di beberapa provinsi.
Juru bicara Pentagon, John Kirby mengatakan kepada wartawan Kamis (28/1) bahwa pemerintahan Biden tetap berkomitmen pada kesepakatan Taliban-AS dan mengakhiri perang "dengan cara yang bertanggung jawab".
"Taliban tidak memenuhi komitmen mereka untuk mengurangi kekerasan, dan melepaskan hubungan mereka dengan Al-Qaeda" kata Kirby.
Perjanjian yang ditandatangani di Doha, Qatar tahun lalu, mengharuskan Taliban untuk menghentikan serangan terhadap pasukan AS, menurunkan tingkat kekerasan di negara itu, dan memajukan pembicaraan damai dengan pemerintah di Kabul.
Sebagai imbalannya, Amerika Serikat akan terus mengurangi tingkat kekuatannya di negara itu, dan menghentikan total pada Mei 2021.