Otoritas Inggris tidak dapat mempublikasikan rincian kontrak pasokan vaksin Corona AstraZeneca karena akan membahayakan keamanan nasionalnya. Hal itu disebut Inggris setelah uni Eropa mengancam perusahaan vaksin atas penundaan pasokannya.
Dilansir dari Reuters, Jumat (29/1/2021) Uni Eropa memberi peringatan kepada perusahaan-perusahaan vaksin bahwa mereka akan menggunakan semua cara legal atau bahkan memblokir ekspor kecuali mereka setuju untuk mengirimkan vaksin seperti yang dijanjikan.
Skotlandia akan mempublikasikan data rinci pasokan vaksin COVID-19 minggu depan, meskipun pemerintah Inggris menolak untuk melakukannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seorang menteri Inggris, Lucy Frazer mengatakan pemerintah telah transparan dengan data tetapi tidak dapat mempublikasikan rincian pasokan untuk alasan keamanan nasional.
"Pemahaman saya itu membahayakan keamanan nasional, " kata Frazer kepada radio LBC, ketika ditanya mengapa datanya belum dipublikasikan. Dia menolak mengatakan bagaimana publikasi data semacam itu dapat merusak keamanan nasional.
Upaya vaksinasi massal tercepat dalam sejarah ini telah memicu ketegangan di seluruh dunia. Negara-negara besar membeli dosis vaksin dalam jumlah besar, sehingga negara-negara miskin mencoba mengumpulkan pasokan apa pun yang tersisa.
Israel sejauh ini menjadi negara terdepan di dunia dalam pemberian vaksin per jiwa penduduk, diikuti kemudian oleh Uni Emirat Arab, Inggris, Bahrain dan Amerika Serikat. Di belakang mereka ada Italia, Jerman, Prancis, China, dan Rusia.
Inggris sejauh ini telah mengamankan 367 juta dosis dari tujuh vaksin Corona yang paling menjanjikan, termasuk 100 juta dosis vaksin AstraZeneca yang dikembangkan oleh Universitas Oxford.
Kontrak Uni Eropa dengan AstraZeneca untuk vaksin COVID-19 berisi perintah yang mengikat. Kepala Komisi Uni Eropa, Ursula von der Leyen mengatakan pada hari Jumat (29/1) bahwa pihaknya menuntut penjelasan yang masuk akal dari produsen soal penundaan pengiriman vaksin.
(izt/ita)