Presiden Filipina, Rodrigo Duterte memberlakukan kembali larangan anak-anak berusia 10-14 tahun meninggalkan rumah. Dia menyuruh mereka untuk menonton TV sebagai gantinya, saat negara itu terus memerangi wabah virus Corona.
Dilansir dari AFP, Selasa (26/1/2021), perintah tinggal di rumah untuk semua anak dan orang-orang lanjut usia telah diberlakukan di sebagian besar negara itu sejak dimulainya pandemi COVID-19, bahkan ketika ekonomi dibuka kembali setelah lockdown (penguncian) dan pembatasan.
"Kembalilah ke rumah Anda, anak-anak bisa menonton TV. Mereka dapat memperhatikan TV sepanjang hari," kata Duterte.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Banyak orang tua melanggar aturan dan membiarkan anak-anak mereka bermain di taman atau di jalan. Namun perintah tetap di rumah ini membuat mereka tak bisa mengunjungi pusat perbelanjaan. Sekolah-sekolah juga tetap ditutup.
Pembatasan berkepanjangan telah disalahkan karena menghambat pemulihan negara dari resesi pertamanya dalam tiga dekade.
Jumat lalu (22/1), satuan tugas COVID-19 mengumumkan anak-anak berusia 10 hingga 14 tahun akan diizinkan keluar rumah lagi mulai Februari mendatang.
Tetapi Duterte membatalkan keputusan itu pada Senin malam (25/1). Duterte mengatakan dia tidak ingin mengambil risiko ketika anak-anak tertular varian baru virus Corona dari Inggris yang lebih menular, yang kini sudah menginfeksi 17 orang di Filipina, termasuk tiga orang di antaranya anak-anak.
"Saya takut karena jenis baru ini menyerang anak-anak," katanya.
Hanya beberapa jam sebelum Duterte berbicara, Menteri Perdagangan Ramon Lopez mengatakan bahwa mengizinkan anak-anak keluar rumah lagi akan membantu mendorong permintaan konsumen dan menghidupkan kembali bisnis yang dilanda pandemi.
Plt Menteri Perencanaan Sosial Ekonomi Karl Kendrick Chua mengatakan bulan ini 50 persen ekonomi didorong oleh "kegiatan keluarga", dan tanpa mereka perekonomian tidak dapat pulih.
Jumlah kasus Corona di Filipina merupakan salah satu yang tertinggi di Asia Tenggara.
Pemerintahan Duterte telah dikritik karena lambatnya penanganan vaksin COVID-19, di mana sebagian besar vaksin diperkirakan tidak akan tiba hingga paruh kedua tahun ini.
(izt/ita)