Taiwan telah mengusir hampir 4.000 kapal China yang secara ilegal mengeruk pasir dari perairannya pada tahun 2020. Jumlah tersebut meningkat lebih dari enam kali lipat dibanding tahun sebelumnya ketika Beijing berupaya untuk menambah tekanan pada Taiwan.
Dilansir dari AFP, Senin (25/1/2021), China di bawah Presiden Xi Jinping telah mengambil langkah yang kian agresif terhadap Taiwan - terutama selama dua belas bulan terakhir dengan jet-jet dan pesawat pembom Beijing yang terbang di pulau itu. Perairan di sekitar Taiwan telah menjadi zona panas.
Penjaga pantai Taiwan pada hari Senin (25/1) ini mengatakan kepada AFP bahwa mereka mencatat lonjakan jumlah kapal keruk pasir China yang secara ilegal memasuki perairannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hingga November tahun 2020 lalu, Taiwan telah mengusir 3.969 kapal pengeruk China, dibandingkan dengan 600 kapal pada 2019 dan 71 kapal pada 2018.
Para pemimpin China memandang Taiwan sebagai wilayah mereka dan telah berjanji pada suatu hari akan merebutnya, dengan kekerasan jika perlu.
Pemerintah China telah meningkatkan tekanan ekonomi dan diplomatik sejak Presiden Taiwan Tsai Ing-wen menjabat pada tahun 2016, karena dia menolak gagasan bahwa pulau itu adalah bagian dari "satu China".
Jet-jet tempur China mencatat rekor melakukan 380 serangan ke zona identifikasi pertahanan udara (ADIZ) Taiwan tahun lalu. Para analis memperingatkan bahwa ketegangan saat ini berada pada titik tertinggi sejak pertengahan 1990-an.
Beijing marah dengan hubungan Taipei yang mulai dekat dengan Washington di bawah kepemimpinan mantan presiden Donald Trump. Trump menggunakan Taiwan sebagai pengaruh saat dia berseteru dengan China dalam sejumlah masalah.
Setelah pelantikan Presiden AS Joe Biden pekan lalu - di mana duta besar de facto Taipei diundang - Beijing mengirim armada jet dan pesawat pembom ke ADIZ pada Sabtu (23/1) dan Minggu (24/1).
Pada hari yang sama sejumlah kapal induk AS berlayar ke Laut China Selatan untuk melakukan latihan "pelayaran bebas".
Kepulauan Matsu, Taiwan, yang terletak hanya sekitar 20 kilometer dari daratan China, sering menjadi titik tujuan bagi kapal keruk China.
Pada akhir Oktober 2020, lebih dari 100 kapal yang melewati pulau itu.
Penjaga pantai Taiwan mengatakan telah mengusir lebih dari 500 kapal hingga November tahun lalu dibandingkan dengan 91 kapal pada 2019.
Lii Wen, direktur Partai Progresif Demokratik di kepulauan Matsu, mengatakan China "melakukan tekanan dengan cara non-militer dan kita harus hati-hati menanggapinya".
"Pengerukan ilegal dapat menimbulkan ancaman keamanan non-tradisional bagi Taiwan dengan menyebabkan kerusakan ekonomi dan lingkungan serta konflik sipil," katanya kepada AFP.
Parlemen Taiwan bulan lalu mengesahkan amandemen hukum yang lebih ketat untuk memberlakukan hukuman penjara maksimum tujuh tahun dan denda sebesar Tw $ 100 juta ((Rp 50 miliar) atas penggalian pasir dan kerikil ilegal di perairan pesisir.