Uni Eropa Kaji Sanksi ke Rusia Atas Penangkapan Ribuan Demonstran Navalny

Uni Eropa Kaji Sanksi ke Rusia Atas Penangkapan Ribuan Demonstran Navalny

Syahidah Izzata Sabiila - detikNews
Senin, 25 Jan 2021 18:12 WIB
Police officers detain a man dressed in a horned, fur hat, and holding Russian flag during a protest against the jailing of opposition leader Alexei Navalny in Moscow, Russia, Saturday, Jan. 23, 2021. Russian police on Saturday arrested hundreds of protesters who took to the streets in temperatures as low as minus-50 C (minus-58 F) to demand the release of Alexei Navalny, the countrys top opposition figure. (AP Photo/Pavel Golovkin)
Penangkapan 3.300 Demonstran di Rusia (Foto: AP/Pavel Golovkin)
Brussels -

Uni Eropa akan mempertimbangkan sanksi baru bagi Rusia atas penangkapan lebih dari 3.000 demonstran di Rusia. Penangkapan tersebut menyusul tuntutan demonstran untuk membebaskan kritikus Kremlin, Alexei Navalny.

Dilansir Reuters, Senin (26/1/2021), Menteri Luar Negeri Lituania Gabrielius Landsbergis, yang tiba di Brussel, Belgia untuk pertemuan 27 diplomat Uni Eropa, mengatakan "perubahan sedang terjadi di Rusia". Perubahan itu harus didukung terutama setelah penahanan Navalny saat ia kembali ke Rusia dari Jerman.

"Uni Eropa perlu mengirimkan pesan yang sangat jelas dan tegas bahwa ini tidak dapat diterima," kata Landsbergis dalam sebuah pernyataan video, yang menyerukan lebih banyak sanksi terhadap Rusia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Uni Eropa telah memberikan sanksi ekonomi pada sektor energi, sektor keuangan dan persenjataan Rusia atas pencaplokan semenanjung Crimea pada 2014. Pejabat Rusia yang dekat dengan Presiden Vladimir Putin juga diberi sanksi sebagai tanggapan atas keracunan Navalny pada Agustus 2020.

Sebagai sesama negara Baltik, Latvia dan Estonia mendukung lebih banyak sanksi Uni Eropa terhadap Rusia. Menteri Luar Negeri Italia mengatakan pada hari Minggu (24/1) bahwa Roma siap untuk mendukung lebih banyak larangan perjalanan dan pembekuan aset. Rumania secara terbuka juga mendukung sanksi yang dipertimbangkan Uni Eropa pada Senin (26/1).

ADVERTISEMENT

Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas menuntut pembebasan segera para pengunjuk rasa yang secara berani menyerukan pembebasan Navalny. Tapi pihaknya tidak memberikan komentar lebih lanjut.

Sebelumnya, di pusat kota Moskow pada hari Sabtu (23/1) waktu setempat, wartawan Reuters memperkirakan hingga 40.000 orang telah berkumpul dalam salah satu demonstrasi terbesar selama bertahun-tahun di negara itu. Dalam aksi demo itu, polisi terlihat menahan orang-orang secara kasar, memasukkan mereka ke dalam van terdekat.

Jerman dan Prancis, sebagai kekuatan utama Uni Eropa, akan menjadi pusat penentuan apakah blok itu akan melanjutkan langkah-langkah hukuman terhadap Rusia.

Navalny mengatakan Putin berada di balik aksi keracunannya pada Agustus lalu, namun hal itu ditolak Kremlin. Kremlin mengatakan tidak melihat bukti bahwa Navalny diracun, dan tidak akan mengindahkan seruan beberapa negara Barat untuk menjatuhkan sanksi atas penahanan Navalny karena kasusnya adalah masalah domestik.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads