Uni Eropa akan mempertimbangkan sanksi baru bagi Rusia atas penangkapan lebih dari 3.000 demonstran di Rusia. Penangkapan tersebut menyusul tuntutan demonstran untuk membebaskan kritikus Kremlin, Alexei Navalny.
Dilansir Reuters, Senin (26/1/2021), Menteri Luar Negeri Lituania Gabrielius Landsbergis, yang tiba di Brussel, Belgia untuk pertemuan 27 diplomat Uni Eropa, mengatakan "perubahan sedang terjadi di Rusia". Perubahan itu harus didukung terutama setelah penahanan Navalny saat ia kembali ke Rusia dari Jerman.
"Uni Eropa perlu mengirimkan pesan yang sangat jelas dan tegas bahwa ini tidak dapat diterima," kata Landsbergis dalam sebuah pernyataan video, yang menyerukan lebih banyak sanksi terhadap Rusia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Uni Eropa telah memberikan sanksi ekonomi pada sektor energi, sektor keuangan dan persenjataan Rusia atas pencaplokan semenanjung Crimea pada 2014. Pejabat Rusia yang dekat dengan Presiden Vladimir Putin juga diberi sanksi sebagai tanggapan atas keracunan Navalny pada Agustus 2020.
Sebagai sesama negara Baltik, Latvia dan Estonia mendukung lebih banyak sanksi Uni Eropa terhadap Rusia. Menteri Luar Negeri Italia mengatakan pada hari Minggu (24/1) bahwa Roma siap untuk mendukung lebih banyak larangan perjalanan dan pembekuan aset. Rumania secara terbuka juga mendukung sanksi yang dipertimbangkan Uni Eropa pada Senin (26/1).
Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas menuntut pembebasan segera para pengunjuk rasa yang secara berani menyerukan pembebasan Navalny. Tapi pihaknya tidak memberikan komentar lebih lanjut.