Laporan penelitian terbaru menunjukkan China dengan cepat mengejar Amerika Serikat (AS) yang menjadi rival utamanya dalam pengembangan dan penggunaan kecerdasan buatan (AI). Sementara pengembangan kecerdasan buatan di Uni Eropa dilaporkan jauh tertinggal.
Seperti dilansir AFP, Senin (25/1/2021), hal itu diungkapkan dalam laporan terbaru penelitian dan studi oleh Yayasan Inovasi dan Teknologi Informasi.
Studi itu dilakukan dengan cara menilai AI menggunakan 30 metrik terpisah, termasuk human talent, aktivitas penelitian, pengembangan komersial dan investasi dalam perangkat keras (hardware) serta perangkat lunak (software).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut laporan berdasarkan data tahun 2020, AS memimpin dengan skor keseluruhan 44,6 poin pada skala 100 poin, diikuti oleh China dengan 43 poin dan Uni Eropa dengan 23,3 poin.
Para peneliti mendapati bahwa AS memimpin di bidang-bidang penting seperti investasi pada startup atau perusahaan rintisan dan pendanaan penelitian dan pengembangan.
Namun China, menurut laporan itu, telah membuat kemajuan di beberapa bidang dan tahun lalu memiliki lebih banyak dari 500 superkomputer terkuat di dunia dibandingkan negara lain -- China memiliki 214 superkomputer dibandingkan AS dengan 113 superkomputer dan Uni Eropa dengan 91 superkomputer.
"Pemerintah China telah menjadikan AI sebagai prioritas utama dan hasilnya terlihat," sebut Direktur forum think-tank Pusat Inovasi Data, Daniel Castro, yang juga penyusun laporan itu.
"Amerika Serikat dan Uni Eropa perlu memperhatikan apa yang dilakukan oleh China dan meresponsnya, karena negara-negara yang memimpin dalam pengembangan dan penggunaan AI akan membentuk masa depannya dan secara signifikan meningkatkan daya saing ekonomi mereka, sementara negara yang tertinggal berisiko kehilangan daya saing di industri penting," jelasnya.
Lebih lanjut, laporan itu menunjukkan Uni Eropa tertinggal dalam pendanaan modal ventura dan ekuitas swasta, namun bernasib lebih baik dalam hal makalah penelitian yang diterbitkan.
Laporan itu mendapati bahwa China telah menerbitkan sekitar 24.929 makalah penelitian AI pada tahun 2018 -- tahun terakhir di mana datanya tersedia. Sedangkan Uni Eropa tercatat menerbitkan 20.418 makalah penelitian AI dan AS menerbitkan 16.233. Namun disebutkan bahwa 'kualitas penelitian AS secara rata-rata masih lebih tinggi daripada China dan Uni Eropa'.
Laporan itu juga menyimpulkan bahwa AS 'masih menjadi pemimpin dunia dalam merancang chip untuk sistem AI'.
Agar tetap kompetitif, menurut laporan itu, Eropa perlu meningkatkan insentif pajak penelitian dan memperluas institut penelitian publik yang mengembangkan AI.
Bagi AS untuk bisa mempertahankan keunggulannya, laporan itu merekomendasikan agar AS meningkatkan dukungan untuk penelitian dan pengerahan AI, dan meningkatkan upaya mengembangkan bakat AI secara domestik sambil menarik talenta terbaik dari seluruh dunia.