Perdana Menteri Mongolia, Khurelsukh Ukhnaa, mengajukan pengunduran dirinya ke parlemen pada Kamis (21/1) waktu setempat. Pengunduran diri diajukan setelah terjadi unjuk rasa memprotes penanganan pemerintah terhadap pandemi virus Corona (COVID-19).
Seperti dilansir Reuters, Jumat (22/1/2021), dalam pernyataan pengundurannya, Khurelsukh mengatakan bahwa dia harus "memikul tanggung jawab atas dirinya sendiri dan menerima tuntutan publik". Pengunduran diri Khurelsukh perlu disetujui oleh parlemen Mongolia.
Unjuk rasa terjadi pada Rabu (20/1) waktu setempat usai muncul laporan soal perbuatan tidak manusiawi terhadap pasien COVID-19 dan bayinya yang baru lahir.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam sebuah rekaman video, seorang pasien yang masih mengenakan gaun tidur dan sandal, terlihat dipindahkan bersama bayinya ke fasilitas karantina yang dilakukan oleh Pusat Penyakit Menular Nasional Mongolia.
Protes tersebut memicu pemecatan pejabat senior kesehatan. Wakil Perdana Menteri dan Menteri Kesehatan Mongolia juga mengajukan pengunduran diri mereka.
Insiden itu terjadi di tengah meningkatnya ketidakpuasan publik terhadap situasi ekonomi Mongolia dan kurangnya kesempatan kerja.
Sebelumnya Mongolia sempat mendapatkan pujian dari WHO di awal pandemi COVID-19 karena penanganannya terhadap krisis kesehatan. Baru-baru ini Mongolia harus berjuang melawan wabah yang bermula dari seorang pengemudi yang terinfeksi dari Rusia.
Negara dengan populasi sekitar 3 juta itu sejauh ini telah melaporkan 1.584 kasus, tetapi tidak ada kematian.
Simak juga video 'Vaksinasi Covid-19 di Brasil Gratis dan Tidak Wajib':