China membangun sebuah rumah sakit dengan 1.500 kamar untuk para pasien COVID-19 dalam waktu hanya lima hari saja. RS ini dimaksudkan sebagai respons atas kasus Corona yang melonjak di sebuah kota di selatan Beijing.
Seperti dilansir Associated Press (AP), Sabtu (16/1/2021), satu rumah sakit yang selesai dibangun dalam waktu kurang dari seminggu itu merupakan salah satu dari enam rumah sakit dengan total 6.500 kamar yang sedang dibangun di wilayah Nangong, Provinsi Hebei, menurut laporan Kantor Berita Xinhua. Pembangunan seluruh rumah sakit itu diperkirakan akan selesai minggu depan,
China, yang berhasil mengendalikan sebagian besar penyebaran Corona di wilayahnya, telah mencatat ratusan kasus baru di wilayah Nangong dan di wilayah Shijiazhuang, ibu kota Provinsi Hebei.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Program serupa pembangunan rumah sakit secara kilat diluncurkan oleh otoritas China saat pandemi Corona merebak di negara itu awal tahun lalu. Saat itu, otoritas China membangun rumah sakit darurat dan fasilitas isolasi di Wuhan, lokasi pertama terdeteksinya virus Corona pada akhir 2019.
Secara nasional, Komisi Kesehatan Nasional China melaporkan 130 kasus baru yang dikonfirmasi -- 90 kasus di antaranya ada di Hebei -- dalam 24 jam terakhir hingga tengah malam Jumat (15/1).
Laporan kantor berita Xinhua menyebut saat ini ada 645 kasus Corona, dua di antaranya didapat di luar negeri, yang sedang menjalani perawatan medis di Nangong dan Shijiazhuang.
Di Shijiazhuang, otoritas setempat sebelumnya dilaporkan telah menyelesaikan pembangunan sepertiga fasilitas karantina dengan kapasitas 3 ribu kamar.
Lebih dari 10 juta orang di wilayah Shijiazhuang telah menjalani tes Corona hingga Jumat (15/1) malam waktu setempat, seperti dilaporkan Xinhua yang mengutip Wakil Wali Kota Meng Xianghong. Dilaporkan bahwa 247 kasus penularan lokal telah ditemukan dari tes tersebut.
Sementara itu, para pakar yang dikirim Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sedang berada di Wuhan untuk menyelidiki asal usul virus tersebut. Tim yang tiba pada Kamis (14/1) waktu setempat, kini berada di bawah karantina dua minggu tetapi akan berbicara dengan para ahli China melalui video conference.