Korban tewas akibat serangan udara Israel di Suriah telah bertambah menjadi 40 orang. Serangan Israel yang menargetkan depot senjata dan posisi militer di Suriah timur menewaskan sedikitnya sembilan tentara Suriah dan 31 petempur sekutu. Demikian disampaikan kelompok pemantau HAM Suriah, Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia.
Seperti dilansir kantor berita AFP, Rabu (13/1/2021), Observatorium menyatakan ini merupakan dalam serangan Israel yang paling mematikan sejak 2018.
Disebutkan kelompok pemantau yang berbasis di Inggris itu, Angkatan Udara Israel pada Selasa (12/1) dini hari waktu setempat melancarkan lebih dari 18 serangan terhadap beberapa sasaran di daerah yang membentang dari kota timur Deir Ezzor hingga perbatasan Irak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Serangan itu menewaskan sembilan tentara Suriah dan 31 petempur milisi asing yang kewarganegaraannya belum diketahui.
Observatorium mengatakan bahwa paramiliter yang tergabung dalam gerakan Hizbullah Lebanon dan Brigade Fatimiyah, yang terdiri dari pejuang Afghanistan pro-Iran, beroperasi di wilayah tersebut.
Militer Israel tidak segera berkomentar mengenai serangan tersebut.
Kepala Observatorium Rami Abdul Rahman menyebut serangan Israel ini "paling mematikan sejak Juni 2018" ketika serangan di wilayah yang sama menewaskan sedikitnya 55 petempur pro-pemerintah, termasuk warga Irak dan juga warga Suriah.
Pada November 2020 lalu, serangan serupa di Suriah timur menewaskan sedikitnya 19 petempur milisi pro-Iran.
Kantor berita negara Suriah SANA melaporkan serangan tersebut tetapi hanya memberikan sedikit rincian.
"Pada pukul 01:10 dini hari, musuh Israel melakukan serangan udara di kota Deir Ezzor dan wilayah Albu Kamal," kata SANA, mengutip sumber militer.
"Akibat agresi itu saat ini sedang diverifikasi," tambahnya.
Israel telah melancarkan ratusan serangan udara dan rudal di Suriah sejak perang saudara meletus pada 2011, menargetkan pasukan Iran, Hizbullah serta pasukan pemerintah Suriah.
Perang di Suriah telah menewaskan lebih dari 380.000 orang dan membuat jutaan orang mengungsi sejak meletus setelah tindakan keras aparat terhadap aksi protes anti-pemerintah.