Kerusuhan Pecah di Capitol Dikecam Inggris hingga Spanyol

ADVERTISEMENT

Round-Up

Kerusuhan Pecah di Capitol Dikecam Inggris hingga Spanyol

Tim detikcom - detikNews
Kamis, 07 Jan 2021 20:01 WIB
WASHINGTON, DC - JANUARY 06: A pro-Trump protester carries the lectern of U.S. Speaker of the House Nancy Pelosi through the Roturnda of the U.S. Capitol Building after a pro-Trump mob stormed the building on January 06, 2021 in Washington, DC. Congress held a joint session today to ratify President-elect Joe Bidens 306-232 Electoral College win over President Donald Trump. A group of Republican senators said they would reject the Electoral College votes of several states unless Congress appointed a commission to audit the election results.   Win McNamee/Getty Images/AFP
Foto: Kerusuhan Capitol (AFP
Washington DC -

Massa pendukung Donald Trump menyerbu Gedung Capitol Amerika Serikat (AS) untuk mengganggu kongres pengesahan Presiden terpilih Joe Biden. Aksi yang berujung rusuh ini memicu kecaman dari negara-negara lain.

Dilansir BBC, Kamis (7/1/2020) rapat gabungan Kongres untuk mengesahkan kemenangan presiden terpilih Joe Biden terpaksa ditangguhkan akibat penyerbuan tersebut.

Banyak pemimpin menyerukan perdamaian dan transisi kekuasaan yang tertib, serta menggambarkan apa yang terjadi sebagai "mengerikan" dan "serangan terhadap demokrasi".

Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, mengecam kejadian itu dan menyebutnya sebagai "pemandangan yang memalukan".

"Amerika Serikat mewakili demokrasi di seluruh dunia dan sekarang sangat penting adanya transfer kekuasaan yang damai dan tertib," tulisnya di Twitter.

Sejumlah politisi Inggris lainnya mengikuti langkah Johnson dan mengkritik kekerasan yang berlangsung, termasuk pemimpin oposisi, Sir Keir Starmer, yang menyebutnya sebagai "serangan langsung terhadap demokrasi".

Pemimpin Skotlandia, Nicola Sturgeon, menyatakan melalui Twitter bahwa pemandangan dari Gedung Capitol "benar-benar mengerikan".

Sementara itu, Perdana Menteri Spanyol, Pedro Sanchez, mengatakan: "Saya percaya pada kekuatan demokrasi AS. Kepresidenan baru Joe Biden akan mengatasi tahap yang menegangkan ini, menyatukan rakyat Amerika."

Menteri Luar Negeri Prancis, Jean-Yves Le Drian, mengecam "serangan mengerikan terhadap demokrasi". Sementara, Menteri Luar Negeri Jerman, Heiko Maas, mengatakan Trump dan pendukungnya "harus menerima keputusan akhir para pemilih Amerika dan berhenti menginjak-injak demokrasi".

Presiden Dewan Eropa, Charles Michel, mengatakan dirinya mempercayai AS "untuk memastikan transfer kekuasaan secara damai kepada Biden. Adapun Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, mengatakan dia berharap untuk bekerja sama dengan presiden terpilih dari partai Demokrat tersebut.

Sekretaris Jenderal Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), Jens Stoltenberg, turut bersuara dengan mengatakan bahwa hasil pemilihan "harus dihormati".

Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau mengatakan warga Kanada "sangat terganggu dan sedih dengan serangan terhadap demokrasi".

"Kekerasan tidak akan pernah berhasil mengesampingkan keinginan rakyat. Demokrasi di AS harus ditegakkan - dan itu akan berhasil," tulisnya di Twitter.

Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengecam "pemandangan yang menyedihkan" itu dan mengatakan bahwa dia menantikan transfer kekuasaan secara damai.

Ada juga Kementerian Luar Negeri Turki mengatakan pihaknya mengundang "semua pihak" untuk berperilaku dengan "mengendalikan diri dan akal sehat".



ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT