Mantan Presiden Amerika Serikat Barack Obama menyalahkan Presiden Donald Trump dan Partai Republik atas serbuan massa terhadap Gedung Capitol AS pada Rabu (6/1) waktu setempat. Obama menyebut penyerbuan massa pendukung Trump itu sebagai "momen aib besar dan malu bagi bangsa kita."
"Tapi kita bercanda jika kita menganggap ini sebagai kejutan total," kata Obama, seraya menambahkan bahwa aksi massa itu "dihasut" oleh Trump, "yang terus berbohong tanpa dasar tentang hasil pemilihan yang sah."
Seperti dilansir kantor berita AFP, Kamis (7/1/2020), Obama juga menyalahkan partai Republik dan media pendukungnya, yang menurutnya "terlalu sering tidak mau mengatakan yang sebenarnya kepada pengikut mereka" tentang kemenangan kuat Joe Biden dalam pemilihan presiden 3 November 2020.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sekarang kita sedang melihat konsekuensinya," katanya dalam sebuah pernyataan.
Kekacauan terjadi di Gedung Capitol AS pada Rabu (6/1) waktu setempat, setelah Trump berminggu-minggu melontarkan tuduhan dan klaim palsu soal kecurangan pilpres. Tuduhan itu berujung pada seruan unjuk rasa dan long march ke Gedung Capitol AS yang mewakili demokrasi AS.
Ribuan pendukung Trump yang berunjuk rasa di luar Gedung Capitol AS, akhirnya menerobos masuk dan melakukan aksi perusakan di dalam gedung. Aksi ini menuai banyak kecaman dan disebut sebagai 'pemberontakan' oleh Presiden terpilih AS, Joe Biden, yang akan dilantik pada 20 Januari mendatang.
Sejumlah pejabat keamanan AS telah mengumumkan Gedung Capitol kini aman setelah para pengunjuk rasa pendukung Trump dengan menggunakan senjata, memecah jendela dan bentrok dengan polisi dalam penyerbuan ke Gedung Capitol, Washington DC.
Serbuan ini menyebabkan rapat pengesahan Joe Biden sebagai presiden dihentikan.
Pengumuman itu disampaikan menjelang jam malam yang ditetapkan mulai pukul 18:00 waktu setempat (06:00 WIB Kamis).
Media AS melaporkan, para polisi mendorong para perusuh keluar dari Gedung Capitol menggunakan granat kejut atau flashbang.