Kepresidenan Tunisia mengumumkan perpanjangan keadaan darurat negara itu, yang diberlakukan sejak serangan 2015 terhadap bus pengawal presiden yang diklaim oleh kelompok ISIS. Keadaan darurat negara diperpanjang hingga enam bulan.
Presiden Kais Saied "memutuskan perpanjangan enam bulan keadaan darurat nasional, dari 26 Desember 2020 hingga 23 Juni 2021," kata sebuah pernyataan kepresidenan Tunisia seperti dilansir kantor berita AFP, Sabtu (26/12/2020).
Tindakan tersebut, diperpanjang terus menerus sejak akhir 2015, memberikan kekuatan luar biasa kepada pasukan keamanan negara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal ini memungkinkan tindakan untuk "memastikan kontrol pers" dan aksi pemogokan serta pertemuan yang "menciptakan kekacauan" dilarang.
Tunisia telah mengalami ketidakstabilan politik dan sosial dalam beberapa pekan terakhir, bersama dengan aksi-aksi protes di beberapa wilayah.
Negara ini menghadapi peningkatan aktivitas jihadis setelah revolusi 2011, dengan serangan yang menewaskan puluhan personel keamanan, warga sipil, dan turis asing.
Serangan tahun 2015 di Tunis, ibu kota Tunisia menewaskan 12 pengawal presiden dan terjadi setelah dua serangan mematikan lainnya yang diklaim oleh ISIS tahun itu: satu di museum Bardo di ibu kota Tunisia dan satu lagi di resor pesisir Sousse.
Kementerian Dalam Negeri menyatakan, pada hari Kamis (24/12) waktu setempat, seorang pria dengan "penampilan ekstremis" berusaha untuk menyerang seorang petugas polisi dengan pisau di ibu kota Tunis sambil meneriakkan "Allahu akbar".
Wilayah pegunungan tengah juga merupakan tempat persembunyian bagi kelompok militan al-Qaeda di Maghreb Islam (AQIM) Tunisia, yang dikenal sebagai Okba Ibn Nafaa.
Selain keadaan darurat, jam malam juga diberlakukan di Tunisia untuk mengendalikan penyebaran virus Corona, yang telah menginfeksi lebih dari 126.000 orang dan menewaskan lebih dari 4.300 di negara itu.