.webp)
Dua demonstran tewas dalam protes di luar kantor polisi di Ibu Kota Zambia, Lusaka pada Rabu waktu setempat. Unjuk rasa ini bertepatan dengan pemeriksaan pemimpin oposisi Hakainde Hichilema di kantor polisi itu.
Dilansir AFP, Kamis (24/12/2020) polisi anti huru hara tiba untuk membubarkan kerumunan. Tembakan terdengar, dua orang demonstran berlumuran darah tergeletak di lokasi setelah pengunjuk rasa melarikan diri.
Polisi mengeluarkan pernyataan bahwa dua orang dilaporkan tewas karena tembakan, setelah gas air mata digunakan untuk membubarkan kerumunan yang "tidak bisa diatur". Mereka mengatakan sedang menyelidiki keadaan yang belum menemui kejelasan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hichilema mengatakan kepada AFP bahwa "penembak jitu" dengan sengaja menargetkan para demonstran.
"Saya katakan begitu karena cara eksekusi dilakukan. Itu dilakukan secara profesional," katanya membantah bahwa korban ditembak di kepala.
"Darah mereka yang tewas hari ini ada di tangan (Presiden Edgar) Lungu," tambahnya.
Hichilema (58) adalah pesaing utama Lungu dalam pemilihan Agustus tahun depan.
 Pemimpin Oposisi, Hakainde Hichilema Foto: AFP/SALIM DAWOOD |
Lungu (63) sedang berjuang dengan menghadapi masalah popularitas dan perpecahan internal di dalam partainya. Hal ini dipicu oleh masalah ekonomi Zambia dan kemarahan atas dugaan korupsi.
Negara ini sangat tergantung pada tembaga yang permintaannya merosot.
Hichilema, yang dikenal oleh pendukungnya dengan inisial HH, mengatakan kepada wartawan bahwa dia dipanggil polisi untuk menjawab pertanyaan tentang pembelian properti yang dia lakukan 20 tahun yang lalu.
Hichilema mengatakan kematianmu tidak akan sia-sia, akan ada pergantian pemerintahan pada 12 Agustus 2021.
Seorang juru kampanye veteran dan pengusaha mandiri, Hichilema mengajukan tawaran lima kali untuk kursi kepresidenan antara 2006 dan 2016.
Setelah kalah tipis pada tahun 2016, Hichilema menghabiskan empat bulan di penjara ketika dia memperebutkan hasilnya. Dia telah berjanji untuk mundur sebagai pemimpin Partai Persatuan Pembangunan Nasional (UPND) jika gagal sekali lagi dalam pemilihan presiden.
