Mantan Presiden Burundi, Pierre Buyoya, meninggal dunia akibat virus Corona (COVID-19). Buyoya meninggal dalam usia 71 tahun saat hendak menjalani perawatan medis lebih lanjut di Paris, Prancis.
"Presiden Pierre Buyoya meninggal semalam di Paris. Dia memiliki COVID-19," tutur seorang anggota keluarga Buyoya, yang enggan disebut namanya, seperti dilansir AFP, Jumat (18/12/2020).
Beberapa kerabat lainnya mengonfirmasi meninggalnya Buyoya, yang pernah menjabat sebagai utusan khusus Uni Afrika untuk Mali dan Sahel dari tahun 2012 hingga November tahun ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dia dirawat di rumah sakit sejak Rabu (9/12) pekan lalu di Bamako di mana dia menggunakan alat bantu pernapasan," tutur kerabat tersebut.
"Dia dievakuasi ke Paris kemarin sore. Pesawatnya singgah dan tiba di Prancis pada malam hari. Dia meninggal saat ambulans membawanya ke rumah sakit di Paris untuk perawatan medis," imbuhnya.
Buyoya mengundurkan diri sebagai utusan khusus Uni Afrika pada akhir November, setelah dia divonis penjara seumur hidup di Burundi terkait pembunuhan penggantinya, Melchior Ndadaye, tahun 1993 lalu. Dia menyebut vonis itu bermotif politik.
Buyoya pertama menjabat Presiden Burundi setelah terjadi kudeta tahun 1987 silam. Dia lengser tahun 1993 setelah kalah dari Ndadaye dalam pemilu demokratis pertama di Burundi.
Namun tentara garis keras dari etnis Tutsi membunuh Ndadaye setelah empat bulan dia menjabat. Buyoya berasal dari etnis Tutsi, sementara Ndadaye berasal dari etnis Hutu. Pembunuhan itu membawa Burundi ke dalam perang sipil antara Hutu yang mayoritas dengan Tutsi yang minoritas selama bertahun-tahun.
Buyoya menjadi presiden kembali setelah terjadi kudeta lagi di Burundi. Dia memimpin dari tahun 1996 hingga tahun 2003. Tahun 2000 dia menandatangani Arusha Accords, kesepakatan yang bertujuan mengakhiri perang sipil yang menewaskan 300 ribu orang antara 1993-2006.
Buyoya mundur tahun 2003 sejalan dengan kesepakatan itu.