Seperti dilansir AFP, Jumat (18/12/2020), otoritas Tokyo meningkatkan level kewaspadaan bagi tekanan layanan medis ke level empat yang merupakan level puncak dalam sistem peringatan COVID-19. Ini merupakan pertama kalinya level itu dinaikkan ke level puncak.
"Kita perlu memiliki kepekaan krisis yang lebih besar dari sebelumnya... virus ini tidak memiliki kalendar. Itu bisa menyerang kapan saja," cetus Gubernur Tokyo, Yuriko Koike.
Tokyo diketahui memiliki dua sistem peringatan COVID-19. Satu sistem lainnya untuk level penularan, yang telah dinaikkan ke level maksimum bulan lalu.
Jepang sejauh ini menghindari penerapan langkah lockdown dan telah melihat wabah lebih kecil daripada negara-negara lainnya. Sejauh ini, total 187 ribu kasus Corona terkonfirmasi di Jepang, dengan 2.700 kematian.
Namun dengan adanya peningkatan jumlah kasus, Perdana Menteri (PM) Yoshihide Suga pada pekan ini mendorong warganya untuk mempertimbangkan kembali perjalanan liburan dan menangguhkan kampanye pariwisata domestik yang kontroversial.
Pada Kamis (17/12) waktu setempat, otoritas Tokyo melaporkan 882 kasus baru Corona dalam sehari. Angka itu memecahkan rekor tertinggi selama dua hari berturut-turut dan menandai lonjakan dari sekitar 600 kasus per hari dalam beberapa pekan terakhir.
Koike memperingatkan bahwa Tokyo bisa saja mencatat 1.000 kasus baru dalam sehari jika laju penularan terus berlanjut seperti saat ini. "Mari kita atasi kondisi parah ini dengan cara apapun," ucap Koike, sembari menyerukan warga Tokyo menghindari acara di luar yang tidak mendesak.
Sejak akhir November, pusat-pusat bisnis yang menjual minuman beralkohol diminta tutup lebih awal dan warga Tokyo didorong untuk bekerja dari rumah, meskipun rekomendasi itu tidak disertai mekanisme penegakan hukum. (nvc/ita)