Otoritas Prancis telah mendeportasi 66 migran ilegal yang masuk daftar pantauan radikalisasi. Tindakan ini dilakukan menyusul aksi-aksi penyerangan oleh kaum ekstremis di Prancis yang belakangan marak.
Dilansir AFP, Jumat (4/12/2020) setelah aksi pemenggalan guru yang menunjukkan kartun Nabi Muhammad dan penyerangan di Nice, pihak berwenang menggerebek puluhan asosiasi Islam, kelompok olahraga, dan badan amal yang dicurigai mempromosikan ekstremisme.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Otoritas Prancis juga memerintahkan penutupan sementara sebuah masjid besar di pinggiran kota Paris, Pantin, yang telah membagikan video yang mengecam Samuel Paty--guru sejarah yang dipenggal usai menunjukkan kartun Nabi.
Pemerintah juga telah mengumumkan rencana untuk meningkatkan deportasi para imigran ilegal yang berada dalam daftar pantauan radikalisasi.
Menteri Dalam Negeri Gerald Darmanin mengatakan bahwa 66 dari 231 orang asing yang ada dalam daftar pantauan telah diusir, sekitar 50 orang lainnya telah dimasukkan ke pusat penahanan migran dan 30 orang lainnya telah ditempatkan dalam tahanan rumah.
Darmanin mengumumkan tindakan keras terbaru itu setelah menuai kritik karena mendorong RUU yang akan membuat lebih sulit untuk mendokumentasikan kebrutalan polisi.
Selain itu, Darmanin mengatakan kepada radio RTL bahwa 76 masjid dan ruang sholat yang diduga sebagai tempat ajaran radikal, mulai diinspeksi pada Kamis (3/12) waktu setempat. Jika salah satu dari tempat ibadah Muslim itu ditemukan mempromosikan ekstremisme, maka akan ditutup.