Pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, mengirimkan pasokan rudal dan persenjataan lain untuk membantu Filipina memerangi militan terkait kelompok Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). AS juga memperbarui janji untuk membela Filipina jika negara itu diserang dalam sengketa Laut China Selatan.
Seperti dilansir Associated Press, Senin (23/11/2020), Penasihat Keamanan Nasional AS, Robert O'Brien, mewakili Trump dalam seremoni di Departemen Luar Negeri Filipina di Manila pada Senin (22/11) waktu setempat. Dalam seremoni itu, O'Brien mengumumkan pengiriman pasokan rudal dan bom untuk militer Filipina.
Dalam percakapan telepon dengan Presiden Rodrigo Duterte pada April lalu, Trump berjanji untuk mengirimkan pasokan rudal senilai US$ 18 juta ke Filipina.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bantuan AS untuk Filipina ini memproyeksikan kewajaran dalam hubungan luar negeri AS saat Trump berupaya menggugat hasil pilpres 3 November lalu. Duterte sebelumnya menyerukan agar warga AS keturunan Filipina untuk memilih Trump dalam pilpres, namun dia telah menyelamati Presiden terpilih AS, Joe Biden, melalui juru bicaranya.
Selain berkunjung ke Manila, O'Brien sebelumnya mewakili Trump dalam pertemuan virtual antara AS dengan negara-negara ASEAN dan negara-negara Asia Timur yang juga dihadiri China dan Rusia.
Dalam sambutannya saat seremoni pengiriman rudal, O'Brien menyinggung soal peran pemerintahan Trump dalam kekalahan ISIS di Timur Tengah dan pembunuhan pemimpinnya, Abu Bakr al-Baghdadi, di Suriah tahun lalu. O'Brien juga memperbarui komitmen AS untuk membantu Filipina dalam mengalahkan militan-militan terkait ISIS di wilayah selatan negara tersebut.
"Presiden Trump mendukung Presiden Duterte saat kita memerangi ISIS di sini, di Asia Tenggara," tegas O'Brien. "Pengiriman ini menggarisbawahi komitmen kami yang kuat dan abadi terhadap aliansi penting kami," imbuhnya.
Simak juga video 'Ngomongin Rudal, Menhan AS Bertemu PM Israel Netanyahu':
Lebih lanjut, O'Brien menyampaikan harapan untuk kelanjutan kesepakatan keamanan penting yang memampukan pasukan militer AS memberikan pelatihan tempur skala besar di Filipina. Duterte diketahui sempat membatalkan kesepakatan yang disebut Visiting Forces Agreement itu pada awal tahun ini, namun kemudian menunda keputusannya hingga tahun depan.
Tidak ketinggalan, O'Brien menegaskan posisi AS dalam upaya melindungi hak kedaulatan Filipina di Laut China Selatan. Bulan lalu, Filipina mengumumkan bahwa pihaknya akan melanjutkan eksplorasi minyak dan gas di dan dekat Reed Bank, yang terletak di pantai barat Filipina namun diklaim oleh China.
"Wilayah itu milik rakyat Filipina. Itu bukan milik beberapa negara lain hanya karena mereka mungkin lebih besar dari Filipina, mereka bisa datang mengambilnya dan memanfaatkan sumber daya rakyat Filipina. Itu salah," tegas O'Brien.
Dia juga menegaskan kembali pernyataan Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, awal tahun ini soal komitmen membela Filipina dalam konflik Laut China Selatan.
"Setiap serangan bersenjata terhadap pesawat militer atau kapal umum Filipina di Laut China Selatan akan mengaktifkan kewajiban pertahanan mutual kita," tegas Pompeo saat itu. AS dan Filipina diketahui memiliki perjanjian pertahanan mutual selama 69 tahun terakhir.