Bentrokan antara aparat dan pengunjuk rasa terjadi di Uganda usai penangkapan seorang kandidat presiden dari pihak oposisi, Bobi Wine. Sebanyak 16 orang pengunjuk rasa tewas dan 45 lainnya luka-luka akibat bentrokan tersebut.
Seperti dilansir, AFP, Jumat (20/11/2020), bentrokan mematikan itu terjadi dua bulan sebelum pemilihan presiden di negara tersebut. Pasukan keamanan Uganda menembakkan gas air mata dan peluru karet ke pengunjuk rasa yang marah.
Tak hanya marah, para pengunjuk rasa membakar, membarikade jalan dan menjarah toko-toko di ibu kota Kampala. Berdasarkan informasi Bobi Wine alias Robert Kyagulanyi, ditahan oleh aparat karena diduga melanggar protokol kesehatan terkait virus Corona saat rapat umum di tengah kerumunan besar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Korban tewas sekarang 16, dengan 45 luka-luka, beberapa luka serius," kata Kepala Polisi Kampala, Moses Kafeero.
"Sekitar 350 orang telah ditangkap karena ikut serta dalam aksi kekerasan termasuk penjarahan, perusakan properti, gangguan lalu lintas, pencurian dan perampokan selama kerusuhan," sambungnya.
Unjuk rasa berujung bentrok ini dimulai Rabu (18/11) kemarin, ketika polisi mengatakan tujuh orang tewas usai Bob Wine ditahan jelang unjuk rasa. Wine dianggap sebagai penantang utama presiden veteran Yoweri Museveni.
Kantong-kantong protes berlanjut sepanjang hari di Kampala dan kota-kota besar lainnya. Para pemuda di negara itu membarikade jalan, membakar dan terlibat dalam pertempuran dengan polisi yang melemparkan gas air mata dan menembakkan peluru karet ke pengunjuk rasa. Tak hanya itu, aparat juga diketahui menembakkan peluru tajam ke pengunjuk rasa.
(maa/maa)