Pemerintah Prancis mengatakan bahwa pasukannya telah membunuh lebih dari 50 militan di Mali. Para militan terkait Al-Qaeda ini tewas dalam serangan udara Prancis di Mali tengah.
Dilansir AFP, Selasa (3/11/2020) serangan udara itu terjadi pada hari Jumat (30/10) di daerah dekat perbatasan Burkina Faso dan Niger, di mana pasukan pemerintah Mali sedang berjuang mengalahkan pemberontakan. Hal ini disampaikan oleh Menteri Pertahanan (Menhan) Prancis Florence Parly usai bertemu dengan anggota pemerintah transisi Mali.
"Pada 30 Oktober di Mali, pasukan Barkhane melakukan operasi yang melumpuhkan lebih dari 50 militan dan menyita senjata dan material," kata Parly.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menambahkan, sekitar 30 sepeda motor rusak. Parly, yang sebelumnya bertemu dengan Presiden Niger Mahamadou Issoufou dan Menhan Niger Issoufou Katambe, mengatakan operasi itu diluncurkan setelah pesawat tak berawak mendeteksi iring-iringan motor dalam jumlah besar di daerah "tiga perbatasan".
Ketika para militan bergerak di bawah pohon untuk mencoba melarikan diri dari pengawasan, pasukan Prancis mengirimkan dua jet tempur Mirage dan sebuah pesawat tak berawak untuk meluncurkan rudal, yang mengarah pada "netralisasi" para pemberontak, kata Parly.
Juru bicara militer Kolonel Frederic Barbry mengatakan bahwa "empat teroris telah ditangkap".
Lihat juga video 'Detik-detik Presiden Mali Diculik Tentara Pemberontak':
Bahan peledak dan rompi bunuh diri telah ditemukan, katanya kepada seorang wartawan dalam panggilan konferensi, seraya mengatakan bahwa kelompok itu "akan menyerang posisi (tentara) di wilayah tersebut".
Barbry juga mengatakan bahwa operasi lain, kali ini menargetkan ISIS di Sahara Raya, juga sedang berlangsung, dengan total 3.000 tentara.
Dia mengatakan hasil operasi, yang diluncurkan sekitar sebulan lalu, akan diumumkan dalam beberapa hari mendatang.