Pria Tunisia yang membunuh tiga orang di sebuah gereja di kota Nice, Prancis, sempat berbicara dengan keluarganya melalui video call di luar gereja, beberapa jam sebelum serangan itu.
Hal tersebut diungkapkan oleh keluarganya seperti dilansir kantor berita Reuters, Sabtu (31/10/2020). Keluarga Brahim Aouissaoui mengatakan bahwa pria itu tidak menunjukkan tanda-tanda merencanakan kekerasan.
Menurut saudara perempuannya, Afef, Aouissaoui pergi ke gereja Notre-Dame segera setelah tiba di Nice pada Kamis (29/10) pagi waktu setempat guna mencari tempat untuk tidur. Dalam video call, Aouissaoui menunjukkan daerah itu kepada keluarganya dan mengatakan dia berencana untuk beristirahat di gedung di seberang gereja.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketika mereka melihat laporan televisi yang menunjukkan setelah serangan penusukan yang menewaskan tiga orang itu, mereka segera mengenali tempat dia berada.
Sejumlah anggota keluarga Aouissaoui, yang berbicara kepada Reuters di pinggiran kota Sfax, Tunisia, mengatakan bahwa mereka terkejut atas penangkapannya dan kaget mendengar dia bisa melakukan kekerasan seperti itu.
Simak juga video 'Keluarga Penusuk di Prancis: Kami Menentang Terorisme!':
"Adik saya adalah orang yang ramah dan tidak pernah menunjukkan ekstremisme," kata kakak laki-laki Brahim Aouissaoui, Yassin. "Dia menghormati semua orang dan menerima perbedaan mereka bahkan sejak dia masih kecil," imbuhnya.
Keluarga Aouissaoui tinggal di Thina, tidak jauh dari pantai kota pelabuhan Sfax, titik awal bagi kaum muda yang ingin naik perahu ke Eropa.
"Dia tidak memberi tahu (bahwa dia berencana meninggalkan Tunisia) dan kami terkejut ketika dia memberi tahu kami bahwa dia telah mencapai Italia," kata Yassin.
Dia meninggalkan Sfax pada September lalu dan tiba di Nice dengan kereta pada Kamis (29/10) pagi, kata polisi Prancis.
Sumber keamanan di Tunisia mengatakan keluarga itu juga sekarang sedang diselidiki dan saudara perempuannya, Afef mengatakan semua telepon genggam mereka telah diambil oleh polisi.