Pandemi virus Corona (COVID-19) yang melanda Republik Ceko sebagai bagian gelombang kedua kini sangat buruk, hingga membuat Perdana Menteri (PM) Andrej Babis meminta maaf kepada publik dalam konferensi pers. PM Babis bahkan menyampaikan permintaan maafnya sebanyak lima kali kepada rakyat Ceko.
Seperti dilansir CNN, Jumat (23/10/2020), permintaan maaf itu disampaikan PM Babis saat berdiri di hadapan wartawan dalam konferensi pers langsung pada Rabu (21/10) waktu setempat. PM Babis yang mengawasi salah satu pandemi Corona terburuk di dunia, mengakui dirinya dan pemerintahannya telah melakukan kesalahan dalam menangani Corona dan memohon warga untuk mematuhi aturan lockdown ketat yang kini diterapkan.
"Saya meminta maaf atas pembatasan baru yang akan berdampak pada kehidupan para pemilik bisnis, warga negara, para karyawan. Saya juga meminta maaf karena secara de facto mengesampingkan kemungkinan hal ini terjadi, karena saya tidak bisa membayangkan hal ini akan terjadi," ucap PM Babis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penyesalan PM Ceko ini datang saat negara-negara Eropa lainnya, termasuk Jerman dan Polandia, melaporkan rekor baru untuk tambahan kasus harian dan Irlandia bersiap menerapkan lockdown paling ketat di kawasan Eropa.
Baik Spanyol maupun Prancis, menurut data Johns Hopkins University (JHU), telah mencatat lebih dari 1 juta kasus Corona di wilayahnya. Kedua negara itu bergabung dengan Amerika Serikat (AS), India, Brasil, Rusia dan Argentina di jajaran teratas bagi negara dengan total kasus Corona terbanyak di dunia.
Namun langkah pembatasan lebih ketat baru berlaku di Ceko mulai Kamis (22/10) pagi waktu setempat, termasuk membatasi pergerakan warga dan penutupan layanan serta pertokoan non-esensial. Pembatasan ini akan berlaku hingga 3 November mendatang. Aturan wajib memakai masker juga diberlakukan kembali mulai Selasa (20/10) waktu setempat, dengan setiap orang wajib memakai masker bagi di perkotaan maupun di dalam mobil.
Selama berminggu-minggu, PM Babis menolak memberlakukan pembatasan lebih ketat di tengah masyarakat, dengan beralasan pemerintahannya perlu melindungi perekonomian. Namun keputusan tersebut -- yang bertentangan dengan opini pakar pakar -- telah memicu penyebaran Corona secara tak terkendali.
Negara berpenduduk 10 juta jiwa ini melaporkan lebih banyak tambahan kasus Corona per 100 ribu orang dibandingkan negara besar lainnya. Ceko melaporkan lebih dari 15 ribu kasus Corona dalam sehari pada Rabu (21/10) waktu setempat, yang tercatat sebagai rekor tertinggi untuk tambahan kasus harian.
Ceko memang menuai pujian atas keberhasilan menghadapi gelombang pertama Corona pada musim semi lalu. Saat itu, pemerintah Ceko menerapkan lockdown sejak awal dan mewajibkan semua warga memakai masker bahkan saat negara-negara Barat lainnya masih mempertimbangkan langkah tersebut.
Pembatasan ketat itu dicabut pada musim panas, saat pemerintah Ceko meyakini pihaknya telah mengendalikan wabah Corona. Pada Rabu (21/10) waktu setempat, PM Babi mengakui bahwa negaranya telah menjadi korban dari kesuksesannya sendiri.
"Kami jelas melakukan kesalahan ketika kami mengira pada akhir Mei, ketika kami menyelesaikan pembukaan kembali, bahwa kami telah berhasil," ucap PM Babis mengakui kesalahan pemerintahannya di hadapan publik.