Otoritas Iran menanggapi tuduhan Amerika Serikat (AS) yang menyebut negaranya berusaha mencampuri pemilihan presiden (pilpres) AS yang digelar 3 November mendatang. Apa kata Iran?
Seperti dilansir Xinhua News Agency, Kamis (22/10/2020), otoritas Iran membantah tuduhan itu dalam pernyataan yang disampaikan oleh seorang juru bicara misi diplomatik Iran pada Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB). Ditegaskan Iran bahwa pihaknya tidak tertarik untuk ikut campur dalam pilpres AS.
"Berbeda dengan AS, Iran tidak ikut campur dalam pemilu negara lain. Dunia telah menyaksikan upaya publik AS sendiri yang putus asa mempertanyakan hasil pemilunya sendiri di tingkat tertinggi," tegas juru bicara misi diplomatik Iran pada PBB, Alireza Miryousefi, dalam pernyataannya kepada media AS, ABC News.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Media-media terkemuka AS, termasuk ABC News, melaporkan bahwa sejumlah pejabat keamanan nasional senior AS memberitahu publik Amerika bahwa Iran dan Rusia telah mendapatkan data pemilih dalam upaya mencampuri pilpres November mendatang.
"Tuduhan ini tidak lebih dari skenario lain untuk merusak kepercayaan pemilih terhadap keamanan pemilu AS, dan absurd," sebut Miryousefi dalam pernyataannya.
"Iran tidak tertarik untuk mencampuri pemilu AS dan tidak memiliki preferensi untuk hasilnya. AS harus mengakhiri tuduhan jahat dan berbahaya terhadap Iran," tegasnya.
Dalam konferensi pers pada Rabu (21/10) waktu setempat, Direktur Badan Intelijen Nasional AS, John Ratcliffe, menyatakan para pejabat pemerintah AS 'melihat Iran mengirimkan email-email palsu yang dimaksudkan untuk mengintimidasi para pemilih, menghasut kerusuhan sosial dan merusak citra Presiden Trump'.
Menurut sumber-sumber pemerintah AS, seperti dilansir Reuters, Ratcliffe merujuk pada email yang dikirimkan pada Rabu (21/10) waktu setempat dan dirancang seolah-seolah datang dari kelompok pro-Trump, Proud Boys. Seorang sumber pemerintah AS lainnya menyatakan bahwa otoritas AS mencurigai pemerintah Iran turut terlibat, namun buktinya belum terlalu meyakinkan.
Badan-badan intelijen AS sebelumnya memperingatkan bahwa Iran mungkin mencampuri pilpres untuk memperburuk citra Trump dan bahwa Rusia mencampuri untuk membantu Trump dalam pilpres.