Sekitar 10.000 pengunjuk rasa Thailand berkumpul pada Kamis (15/10/2020) malam waktu setempat untuk menentang tindakan kekerasan oleh pihak berwenang. Para aktivis Thailand ditangkap usai dekrit darurat diumumkan.
Dilansir AFP, Jumat (16/10/2020) para pengunjuk rasa meminta Perdana Menteri Prayut Chan-o-cha keluar. Mereka meneriakkan, "Prayut, keluar!" dan "Bebaskan teman kami!" saat mereka berhadapan dengan polisi di Ratchaprasong, persimpangan yang sibuk di pusat Bangkok.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Warga tetap berdemo meskipun ada keputusan baru yang melarang pertemuan publik lebih dari empat orang - yang bertujuan untuk memadamkan aksi-aksi demonstrasi yang dipimpin mahasiswa.
Pemerintahan Perdana Menteri Prayut Chan-O-Cha, mantan panglima militer yang awalnya mengambil alih kekuasaan dalam kudeta 2014, telah menjadi sasaran para pengunjuk rasa, tetapi mereka juga membidik monarki Thailand yang tak tergoyahkan.
"Anda memojokkan kami seperti anjing," ujar salah satu dari beberapa pemimpin aktivis terkemuka yang tidak ditahan, Panupong "Mike" Jadnok.
"Dan dengan punggung menempel ke dinding, kami akan membalas tanpa ada ruginya," katanya di depan para demonstran.
Saat malam tiba, para pengunjuk rasa melambaikan ponsel mereka yang menyala.
Ribuan orang duduk di atas lembaran plastik di jalan sambil mengemil makanan, sementara lebih banyak lagi yang menonton dari trotoar. Banyak yang mengatakan mereka akan kembali pada Jumat malam nanti.