Johnson & Johnson menghentikan sementara uji coba klinis untuk kandidat vaksin virus Corona (COVID-19) setelah seorang relawan jatuh sakit. Yang mengkhawatirkan adalah penyakit yang diderita si relawan itu tidak bisa dijelaskan.
Seperti dilansir Reuters, Selasa (13/10/2020), penyakit yang diderita salah satu relawan itu sedang dikaji dan dievaluasi oleh badan pemantau keselamatan dan data independen, juga oleh tim dokter klinis dan keselamatan dari pihak Johnson & Johnson.
"Kejadian buruk -- penyakit, kecelakaan dan sebagainya -- bahkan yang serius, merupakan bagian yang diperkirakan dalam setiap studi klinis apapun, khususnya studi besar," demikian pernyataan pihak Johnson & Johnson.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Berdasarkan komitmen kuat kami pada keselamatan, seluruh studi klinis yang dilakukan oleh Perusahaan Farmasi Janssen dari Johnson & Johnson telah memiliki pedoman yang ditentukan sebelumnya," imbuh pernyataan tersebut.
"Ini memastikan studi kami mungkin dihentikan sementara jika dilaporkan ada kejadian buruk yang serius dan tidak terduga yang mungkin berkaitan dengan vaksin atau obat kajian, sehingga bisa dilakukan pengkajian yang hati-hati terhadap seluruh informasi medis sebelum memutuskan untuk memulai kembali studi," jelas pihak Johnson & Johnson dalam pernyataannya.
Pekan lalu, Uni Eropa mengumumkan pihaknya telah mencapai kesepakatan dengan Johnson & Johnson untuk memasok hingga 400 juta dosis vaksin Corona potensial. Uni Eropa diketahui sedang menumpuk stok di tengah pergolakan global untuk mengamankan pasokan vaksin.
Kesepakatan dengan Johnson & Johnson itu merupakan kontrak ketiga untuk pembelian di muka vaksin Corona yang disepakati Uni Eropa, setelah dengan AstraZeneca dan Sanofi. Sejauh ini, pasokan vaksin sedikitnya 450 juta dosis hingga 1,1 miliar dosis telah diamankan oleh Uni Eropa.
(nvc/ita)